<$BlogRSDUrl$>

Internet, Amien Rais dan Kampanye Presiden 2004

Sunday, September 28, 2003

HARI 6 : Senin, 15 September 2003 (II)
Malam harinya, aku mengirimkan e-mail (di bawah) ke DPW PAN Jawa Tengah, melalui alamat e-mailnya dpwpan@indosatnet.net.id. Ternyata, juga tidak berhasil.


Catatan :
“Hari ini membuatku berpikir, apa relasiku dengan PAN akan hanya seperti kondisi di tahun 1998 – saat itu aku tiba-tiba bergairah, lalu punya pamrih bisnis dan berinvestasi (‘membuat dan menjual plakat PAN’) dan akhirnya hanya mendapati realitas, ‘harapanku terlalu besar, terlalu besar dan mudah terbanting oleh realitas !’”

“Hari ini, gairahku menyala dengan mencoba lagi kirim e-mail ke DPW PAN Jawa Tengah, dan harus tertawa, menertawai ketololan diri. E-mail itu (di bawah ini) tidak bisa sampai. Yo uwis. Malah ada e-mail balasan dari LM-3 (Lembaga Menanggulangi Masalah Merokok) Jakarta, belum aku buka. Well’ boy, ayo kembali ke dunia nyata !”



Wonogiri, 15 September 2003


Kepada Yth. Keluarga Besar
Partai Amanat Nasional (PAN) Jawa Tengah
Di Semarang


Dengan hormat,

“Amien Rais bisa menjadi kuda hitam yang mengancam kursi kepresidenn 2004. Selain itu, pengamatan media massa juga menunjukkan, gairah kubu Amien Rais untuk memenangkan Pemilu 2004 luar biasa. Hampir tidak ada hari tanpa berita mengenai Amien Rais. Dibandingkan dengan kandidat lain, terobosan kubu Amien Rais ‘berkampanye’ harus diacungi jempol. Pertunjukan musik dan ketoprak pun dimanfaatkan untuk menjual Amien Rais”, tulis Sukardi Rinakit, Ph.D di Kompas (12/9/2003) yang lalu.

Saya sebagai simpatisan PAN ikut berbangga atas penilaian di atas. Sekaligus juga ingin ikut urun rembug sebisanya, dengan mengajukan usul-usil semoga makin bisa memperkuat strategi media kampanye Bapak Amien Rais menjelang Pemilu 2004. Usul-usil ini muncul setelah saya mencermati isi dan penyajian Tabloid MAR dan situs web The Amien Rais Center/ARC (www.m-amienrais.com). Terus terang, saya rada kecewa atas keduanya.

Pertama, di Tabloid MAR itu ada alamat e-mailnya, redaksi@www.m-amienrais.com. Sepengetahuan saya, penulisan seperti itu keliru, seharusnya tanpa huruf www. Ketika saya mencoba kirim usulan untuk redaksi lewat alamat e-mail, maka e-mail saya memang jadi tidak sampai. Kemudian pada situs web ARC tersedia alamat e-mail redaksi@m-amienrais.com (penulisan ini yang lajim), tetapi bila Anda mengirim e-mail ke alamat ini maka e-mail Anda juga tidak tembus. Anda akan memperoleh balasan bahwa kotak surat elektronik situs ARC ini sudah over-quota, penuh dan membeludak. Saya tidak tahu mengapa hal itu bisa terjadi.
Apa surat-surat yang datang itu tidak di-manage secara benar ?

Saya harapkan, semoga DPW PAN Jawa Tengah memiliki hotline dengan ARC dan Tabloid MAR, lalu dapat memberikan koreksi atas kendala komunikasi elektronik yang mungkin dianggap kecil, tetapi sebenarnya cukup fatal. Matur nuwun atas perhatian Anda. Selanjutnya, di bawah ini, saya sertakan usul-usil saya. Beberapa hari lalu terpaksa saya kirim via pos ke Pak Halim Asyhari/Redaksi Tabloid MAR di Jakarta. Semoga bermanfaat.

Hormat saya,


Bambang Haryanto
Simpatisan PAN
Pemegang Rekor MURI sebagai Pencetus Hari Suporter Nasional 12 Juli
E-mail : humorline (at)hotmail.com, humorline (at)plasa.com


STRATEGI MEDIA KAMPANYE M. AMIEN RAIS
PERLU OPTIMALISASI DAN REVOLUSI :
USULAN KREATIF UNTUK TABLOID MAR,
SITUS WEB M. AMIEN RAIS
DAN AKTIVITAS THE AMIEN RAIS CENTER

Oleh : Bambang Haryanto
humorline@hotmail.com
humorline@plasa.com




TABLOID MAR :
HARUS LEBIH BANYAK BELANJA IDE DAN WAWASAN !


Pria muda berseragam pegawai negeri itu simpatisan PAN. Saat itu ia membawa Tabloid Amanat. Ketika saya minta ijin untuk meminjam tabloid itu, ia senang hati memberikannya. Kita lalu ngobrol, saat itu terjadi di atas bus umum yang melaju dari Wonogiri ke Solo dan berlangsung menjelang Pemilu 1999. Sebagai sesama simpatisan PAN, ngobrol antara kita jadi bersahabat. Saat ia turun bus duluan, tabloid itu diberikan kepada saya. Saya senang menerima hadiah itu.

Mengapa ia memberikan tabloid itu kepada saya ? Kini, di tahun 2003 ini, ketika mengenang peristiwa itu, saya bisa (rada gegabah) berkesimpulan : salah satunya, mungkin, karena isi tabloid Amanat itu tidak menarik. Saya mohon maaf, apabila kesimpulan yang sama saat ini ingin pula saya katakan bahwa Tabloid MAR yang Anda terbitkan itu, juga belum tampil menarik. Tabloid MAR ini hanya sedikit lebih maju dibanding Tabloid Amanat dulu, yaitu menyangkut kualitas cetak dan kertasnya.

Kalau saja ada derajat daya tarik media, semisal antara angka 0 sampai 10, maka bagi saya Harian Kompas itu berada di derajat 7, harian Republika pada derajat 5, surat kabar AS USA Today di derajat 8, International Herald Tribune di derajat 8 pula, sementara tabloid Anda pada derajat di bawah Republika. Berdasar hal itu, ketika baru membaca Tabloid MAR edisi yang pertama, yang muncul adalah rasa kecewa atas isi, penyajian dan bahkan terhadap pendekatannya sebagai media kampanye Pak Amien Rais menuju kursi Presiden dalam Pemilu 2004.

Tentang isi, demi perbaikan, saya setuju dengan masukan dari Farid Faqih (Gowa) agar “masukan yang mengeritik Amien Rais itu harus dimasukkan” dan saran Faisal Basri (Dosen FE-UI, mantan Sekjen PAN) agar tabloid ini “jangan vulgar mengedepankan isu-isu keperpihakan yang berlebihan seperti Tablod Amanat dll. pada Pemilu 1999 yang lalu”.

Tentang penyajiannya, apa redaksi MAR tidak tertarik untuk melakukan eksplorasi dengan belanja ide dari pelbagai media/tabloid partai yang ada di negara-negara maju, misalnya di Amerika Serikat (kan Pak Amien juga alumni AS) atau Eropa ? Menurut hemat saya, Tabloid MAR sebagai media kampanye, sebaiknya menomorsatukan daya tarik keterbacaan (readable) untuk khalayak umum yang luas, jadi bukan hanya tertuju kepada warga PAN, dengan mengeksploitasi sosok Pak Amien Rais dan tokoh PAN populer lainnya secara kreatif, cerdas, karena seperti kata Pak Halim Asyhari, bahwa Tabloid MAR itu punya “visi mengubah citra Amien Rais yang orang kampus hingga jadi populis atau kerakyatan”. Di edisi MAR pertama, sungguh, visi itu belum nampak sama sekali !


Usul saya : silakan Anda lebih dulu membaca buku Real Time karya begawan pemasaran dari Lembah Silikon, Reggis McKenna. Di situ antara lain disebutkan, bahwa masa kini semua aktivitas pemasaran dan promosi haruslah dikemas sebagai entertainment, hiburan. Oleh karena itu agar misi Tabloid MAR sukses, sebaiknyalah bila Tabloid MAR mampu tampil sebagaimana layaknya tabloid hiburan. Artikelnya pendek-pendek, seperti tulisan tentang Peggy Melati Sukma itu di edisi pertama. Atau kolom “Nama & Peristiwa” di halaman 12 Harian Kompas.

Selanjutnya, silakan baca pula bukunya Thomas Davenport, The Attention Economy (terbitan Harvard). Terungkap dalam buku itu bahwa perang hebat yang terjadi masa kini adalah perang memperebutkan harta karun yang paling berharga, yaitu atensi atau perhatian. Mengapa Elvis Presley yang sudah lama meninggal tapi lagu-lagunya masih menghasilkan uang jutaan dollar sampai kini, itulah mukjijat ekonomi atensi. Silakan belajar serius bagaimana seorang Ilham Bintang, juragan infotainment di pelbagai televisi swasta, yang secara julig mengolah hal-hal remeh dan temeh dari para selebritis tetapi disukai oleh masyarakat luas – baik tersaji di media elektronik atau pun media cetak. Ilham Bintang sukses jualan atensi dengan menukarkan bola mata (eyeball = penonton) yang berhasil ia himpun dengan duit yang dikeluarkan oleh para pengiklan dalam acaranya.

Buku penting lainnya, adalah karya ahli gerilya pemasaran, Seth Godin. Judulnya, Unleashing The IdeaVirus. Tertulis di sampulnya, “Stop marketing AT people ! Turn your ideas into epidemics by helping your customers do the marketing for you”. Untuk info penunjang, silakan baca artikelnya calon doktor Roby Mohamad, “Ilmu Jaringan : Ketika Fisika dan Sosiologi Bertemu” (Kompas, 5 September 2003 : hal. 51) dan profilnya (Kompas,11 September 2003 : hal. 12 ). Di sini antara lain dipertanyakan : bagaimana penyakit menular menyebar menjadi epidemik ? Bagaimana ide atau tren budaya menyebar ? Alangkah dahsyatnya apabila ilmu jaringan ini bisa diaplikasikan dalam strategi kampanye Amien Rais dalam waktu dekat ini.

Sekadar contoh : akhir-akhir ini, di Solo dan sekitarnya, Pak Amien gencar turun ke bawah. Ikut sepeda santai, blusukan ke pasar, atau bertemu para tukang becak. Pendekatan populis yang bagus. Tetapi tim sukses kampanye Pak Amien selama ini nampak belum menggagas strategi lanjutan agar siapa saja yang pernah bersinggungan dengan Pak Amien didorong, dipersuasi dan diberi sarana agar dirinya bertransformasi menjadi “carrier” atau “agen penular virus” sosok Amien Rais bagi masyarakat di sekitar hidup mereka, baik lingkungan sekasur, sedapur, sokur-sokur kalau bisa sesumur ( baca : istri, keluarga dan lingkungan RT. Ini minjam strategi kampanyenya Golkar di era Orde Baru dulu).

Modus operandinya, ini sekadar satu contoh, sebenarnya sederhana : semisal pak becak yang pernah foto bersama Pak Amien Rais, saat itu pula diusahakan (oleh tim sukses kampanye Pak Amien, misal dengan sarana kamera digital Ixus 400 beserta printer foto i70 dari Canon yang mampu cetak langsung di tempat) hingga pak becak dapat memiliki foto peristiwa tersebut seketika itu pula. Foto itu lalu bisa diberi tanda tangan Pak Amien, sokur kalau bisa diberi frame dengan berisi teks kampanye Pak Amien Rais, sehingga bisa dipajang di rumah pak becak tadi.

Jadi pak becak itu nanti tidak hanya punya kaos bergambar Pak Amien saja. Kaos memang bisa jadi the walking billboard, tetapi terbatas dijadikan bahan cerita atau obrolan yang menarik. Sebaliknya, foto tadi otomatis mampu menjadi bahan cerita/obrolan menarik dengan kalangan keluarga, tetangga, sesama tukang becak dan seterusnya. Apalagi, di pemilihan presiden nanti juga memilih foto, kan ? Jadi pak becak tadi otomatis menjadi juru kampanyenya Pak Amien secara gethok tular (word of mouth) dengan sentuhan personal. Sebaiknya lagi, kalau tim sukses Pak Amien mau menulis surat/kartu (thank you note) susulan untuk pak becak tadi, sebagai reminder agar pak becak tadi terus melanjutkan kampanyenya ! (Baru-baru ini Kompas memuat foto dua anak muda asal Laweyan, Solo, yang mukanya dicat a la rasta, simbol pecinta musik reggae, ketika keduanya ikut tablig akbar Pak Amien di Semarang. Dengan strategi di atas, keduanya dapat kita angkat sebagai hero atau selebritis-nya anak muda PAN !).

Langkah di atas itu baru permulaan. Teknologi informasi kemudian harus dimanfaatkan sebagai pengeras suara momen tadi. Caranya : foto yang sama tadi harus ditempel di kantor PAN setempat, penerimanya diupayakan jadi bahan “gunjingan” (positif) di radio-radio swasta lokal dan dimuat dalam kolom “Kronik” Tabloid MAR. Kalau hanya sampai di sini, nilai peristiwa itu akan “mati”. Maka foto itu sekaligus harus dimunculkan di situs web Amien Rais. Lalu diikuti 1-2 program lanjutan untuk mengeksploitasi karakter khas media Internet (detil program itu bisa saya sampaikan nanti), sehingga foto itu diusahakan terus “hidup” dalam benak banyak orang.

Sehingga pada akhirnya dari adegan peristiwa sederhana tadi berpeluang berubah menjadi bola-bola salju yang menggelinding, “turn your relationships into epidemics by helping your constituent do the marketing for you”. Berhubung Pak Amien Rais saat ini makin sering berinteraksi dengan aneka khalayak, maka pasti dimungkinkan semakin banyak pula “bola-bola salju” yang dapat digulirkan, sehingga akhirnya mampu “mengepung” Indonesia. Secara tak terasa Pak Amien mampu menjadi “virus” yang menghuni dalam benak banyak orang. Hanya imajinasi saja (mungkin pula biaya) yang mampu membatasinya !

Merujuk teori bola salju di atas maka pendekatan Tabloid MAR harus mampu menjadi media kampanye ampuh dengan tampil sebagai sarang isu seputar Pak Amien, tentang PAN, dan tokoh-tokoh pendukungnya. Tabloid MAR harus menjadi semacam “kantor berita”, dan bukan hanya tabloid semata. Kuncinya, menurut saya, tabloid ini harus terlebih dulu mengadopsi ciri majalah People. Isi utama People adalah tentang orang, orang dan orang. Sebab info tentang orang itu lebih menarik dan mudah untuk bisa ditularkan kepada orang lain. Bagaimana sosok orang bernama Amien Rais dapat ditampilkan ? Pak Amien itu orang hebat. Ia mampu menjadi sumber informasi dan pemikiran yang bakal tidak habis untuk menjadi bahan tulisan dan perbincangan.


Usul-usil saya antara lain : setiap edisi Tabloid MAR tampilkan visi dan pemikiran Pak Amien yang menyangkut isu aktual tertentu. Ditulis secara komprehensif, enak dibaca, penuh pendekatan human interest, sokur kalau ada hal-hal berbau kontroversi (ini menarik bagi pembaca !) dan harus menghibur. Dengan pendekatan semacam ini maka pembaca awam bisa mengidentifikasikan diri mereka, bahwa problem yang dihadapi oleh Pak Amien itu tidak beda dengan mereka. Seperti saat kita menonton sitkom The Cosby Show di televisi. Yang paling penting, bagaimana isi tabloid itu bisa menjadi bahan obrolan antarmereka !


Misal, di bulan Oktober 2003 nanti akan ada Konggres PSSI. Pak Amien pernah bicara mengenai masa depan sepakbola Indonesia di saat-saat menjelang final Piala Dunia 2002, pernah mengatakan mendukung Sumaryoto (tetangga saya di Wonogiri) untuk jadi Ketua PSSI, dan beliau pun mendukung tim PSS Yogyakarta. Semua materi itu bisa jadi bahan tulisan yang bersifat populis. Mungkin juga dapat disajikan tulisan dan aneka pendapat yang mengkritik Pak Amien sebagai orang yang tak tahu sepakbola, tetapi hal itu tetap banyak nilai positifnya.

Saya pribadi, moga Pak Amien belum lupa, pada tahun 1998 di Mesjid Gede Solo saya pernah memberikan kaos pemain bola kepada Pak Amien. Kaos itu punggungnya bertuliskan nomor “10” dan “Amien Rais”. Saat memberikan kepada beliau, di tengah lautan umat peserta Tablig akbar itu , saya katakan : “Ini kaos untuk kapten gerakan reformasi”. Saat Pak Amien mengulangi kata-kata saya itu di depan pengeras suara, maka audiens pun menyambut dengan gemuruh.


Kemudian, isu lainnya, misalnya, menjelang perayaan Imlek 2004 bisa ditulis tentang pandangan Pak Amien mengenai etnis Tionghoa dengan segenap problem kontemporer mereka. Topik menarik lainnya, Pak Amien dan buku. Silakan sambung sendiri. Cara penulisannya dapat meniru cara penyajian profil seseorang pemain sepakbola dalam suatu majalah sepakbola Inggris yang terkenal, di mana penulisannya justru tidak melibatkan wartawan majalah bersangkutan. Tetapi isinya hebat, menarik dan enak dibaca. Majalah ini benar-benar telah sukses mengadopsi budaya Internet untuk media berbasis cetak. Detilnya akan saya beberkan bila gagasan usul-usil ini disetujui.

Himpunan aneka topik pandangan Pak Amien itu memungkinkan diterbitkan menjadi buku, bukan ? Tentu saja, isu-isu atau materi yang sama dapat diolah sehingga serasi bersinergi dengan media Internetnya (www.m-amienrais.com), dijadikan lagi sebagai bola-bola salju untuk mem-virus-kan sosok Pak Amien !

Impian saya lainnya, pelbagai kantor biro Tabloid MAR yang hampir merata di tanah air itu disulap menjadi pusat informasi (clearing house) dan pusat gaul yang positif bagi seluruh lapisan masyarakat.


SITUS WEB WWW.M-AMIENRAIS.COM :
HARUS DIROMBAK AGAR SESUAI DENGAN PARADIGMA MEDIA
YANG BERBASIS DIGITAL


Apakah Internet efektif sebagai media kampanye ? “It can be”, kata David Lytel, mantan pengelola situs web Gedung Putih dan pengelola situs Democrats Online. Sementara Gus Pace, yang membangun jaringan online untuk 70 pemimpin Partai Republik AS, mengatakan : “Absolutely !” (Silakan baca “Parties on the Net”, Time Digital, 11/11/1996 : hal. 13). Amien Rais dengan memiliki situs web Amien Rais (SWAR) berarti sudah berada di jalur benar dalam berkampanye. Tetapi eksekusinya masih harus dikritisi dan mendapatkan koreksi besar-besaran.

David Lytel selanjutnya menyatakan, Internet “can be an extremely effective place for voters to articulate and organize their concerns and share them with one another. Online community organizing is what the Internet makes newly possible. Think of its as electronically enhanced word of mouth, rather than an extension of a campaign’s paid advertising”.

Apakah situs web resmi itu memadai sebagai sarana kampanye ? David Lytel menjawab, “No, and they can never be……People rely as much on journalism and word of mouth to decide how to vote. Citizen-to-citizen communication is most effective at changing people’s minds, and the Internet is good for that”.

Merujuk pendapat para ahli di atas, menurut hemat saya, SWAR saat ini masih sangat jauh dari memenuhi kriteria sebagai media kampanye elektronik berbasis Internet yang andal. SWAR masih tampil seadanya sebagai old media, media yang berbasis atom, kertas, hanya saja disajikan secara elektronik. SWAR belum mengeksplorasi karakter media Internet yang berbasis digital. Pengelola SWAR nampak berasumsi bahwa peselancar/pembaca melongoki situsnya hanya untuk membaca info-info seputar Pak Amien Rais. Itu asumsi keliru dan justru menyerimpung kesaktian Internet. Sebab seperti tutur David Lytel di atas, situs web seharusnya menjadi masyarakat maya, online community, dimana warganya dapat saling curhat satu sama lainnya. Komunikasi antarwarga adalah sarana paling efektif untuk mengubah people’s minds, bukan ?

SWAR, menurut hemat saya, harus menjalani perubahan paradigma. Begawan digital dari MIT, Nicholas Negroponte, pernah bilang bahwa Internet adalah gempa bumi berkekuatan 10,5 skala Richter yang mengguncang perubahan ekonomi. Sebesar itu pula perubahan yang harus dilakukan agar SWAR mampu menjadi media kampanye yang berhasil.

Mau dan beranikah Anda ? Oh ya, saya rada frustrasi ketika tulisan ini tak bisa dikirim via e-mail, sebab e-mail ke redaksi@www.m-amienrais.com (penulisannya aneh !) ditolak. Fasilitas e-mail di situs www.m-amienrais.com, juga tidak dapat ditembus karena over-quota. Situs web tanpa e-mail, sama dengan invalid berat. “If a website has no feedback mechanism, forget it !”, tulis Mandel dan Van der Leun dalam bukunya Rules of the Net (1996).


KANTOR THE AMIEN RAIS CENTER BISAKAH MENJADI
PUSAT LAYANAN GUNA IKUT SERTA MENGATASI PENGANGGURAN
KAUM TERDIDIK INDONESIA ?


Beberapa hari lalu lewat TV saya menonton Pak Amien Rais melakukan orasi di depan para karyawan PT Dirgantara Indonesia. Empati Pak Amien kepada karyawan PT DI itu, menurut saya, baru ibarat bedak untuk sebuah luka benjol di kepala. Hanya menghibur. Padahal sebenarnya empati Pak Amien itu bisa ditindaklanjuti oleh tim sukses atau The ARC dengan aksi nyata guna membantu para karyawan yang sedang terlilit masalah berat dan perlu pertolongan itu.

Usul saya : The Amien Rais Center (ARC) menggagas layanan outplacement counselling untuk mereka-mereka yang terancam PHK tersebut. Konseling ini lajim terjadi di negara maju, intinya membantu mereka yang terkena PHK agar mampu memperoleh pekerjaan baru. Aktivitasnya bisa terdiri dari konseling psikologis, melakukan tes-tes psikologi untuk menemukan orientasi karier yang baru, memberikan bimbingan mengenai strategi berburu pekerjaan, sampai menyediakan “kantor sementara” berisi buku-buku referensi/panduan/direktori sehingga para PHK-wan/wati itu dapat memakai telepon atau akses Internet guna melancarkan proses job hunting mereka. Aksi nyata ini jelas merupakan tindak lanjut logis dari isi artikel Bung Mariman Darto, Peneliti Ekonomi dan Kebijakan Publik The ARC dalam artikelnya berjudul “Menanti Kebijakan Pro Kaum Penganggur” yang ditulis di Tabloid MAR No. 1 hal. 12. Kenapa tidak PAN atau The ARC secara proaktif mengambil peluang emas ini, sebagai salah satu venues kampanye yang pasti berdampak hebat dan positif bagi citra Pak Amien Rais ?

Sekian dulu kontak saya. Semoga usul-usil ini bermanfaat. Sukses untuk Pak Amien !



Hormat saya,



Bambang Haryanto
Konsultan Komunikasi.
Penulis buku Hari-Hari Sepakbola Indonesia Mati (kini dalam proses pertimbangan penerbit). Pemenang The Power of Dreams Contest (Honda) 2002.
Pemegang Rekor MURI sebagai Pencetus Hari Suporter Nasional 12 Juli.
Sekjen Asosiasi Suporter Sepakbola Indonesia (ASSI). Alumnus UI.

E-mail :
humorline (at) hotmail.com
humorline (at)plasa.com
Weblog : http://suporter.blogspot.com


HARI 6 : Senin, 15 September 2003 (I)
Mengirimkan fax berisi gagasan, apakah ARC bersedia menjadi penerbit bukuku, Hari-Hari Sepakbola Indonesia Mati ?

Catatan :
“Ya Tuhan, terima kasih untuk rahmatMu, karuniaMu dan petunjukMu – hari pagi ini aku berikhtiar menjual naskah bukuku Hari-Hari sepakbola Indonesia Mati ke The Amien Rais Center Jakarta melalui fax (di bawah) untuk kirim suratnya dan mem-post-kan dokumen terkait di situs weblogku, http://suporter..blogspot.com. Sokurlah, keduanya bisa aku kerjakan : jam 06.30-an aku berangkat ke Warnet Bina di batas kota Wonokarto. Aku juga melihat wartel Kerdukepik dalamnya ada kalender bergambar Amien Rais, ‘komitmen total ?’”

Melalui wartel ini pula aku mengirim fax. Kalender Partai Amanat Nasional (PAN) di wartel Kerdukepik itu berisi data alamat DPW PAN Jawa Tengah. Termasuk data alamat situs webnya, http://ns1.pan-ina.org dan alamat e-mailnya, dpwpan@indosatnet.net.id. Kedua alamat itu membukakanku peluang kontak yang baru.



Wonogiri, 15 Agustus 2003

Kepada Yth.
Bapak Direktur Eksekutif The Amien Rais Center
Di Jakarta


Dengan hormat,

Bapak Amien Rais sebagai suporter PSS Yogyakarta adalah satu﷓satunya calon presiden yang aktif berbicara tentang sepakbola Indonesia. Merujuk hal itu, saya sebagai simpatisan PAN dan suporter sepakbola Pasoepati dari Solo yang tergiur misi The Amien Rais Center (ARC) yang seperti kata Alvin Lie (Jawa Pos, 26/2/2003) sebagai lembaga untuk mengaktualisasikan berbagai program demi kesejahteraan rakyat, bersama ini saya ingin mengajukan gagasan revolusioner untuk pabrik ide dan think tank﷓nya PAN ini.

Saya saat ini menjabat sebagai Sekjen Asosiasi Suporter Sepakbola Indonesia (ASSI) dan menulis naskah buku Hari﷓Hari Sepakbola Indonesia Mati. Sebagai sarana elegan berkampanye, demi upaya merangkul ribuan suporter sepakbola Indonesia, beranikah ARC menerbitkan buku saya tersebut ? Apalagi, bila buku itu bisa terbit awal Oktober 2003, maka buku tersebut bisa nimbrung dan mewarnai atmosfir berlangsungnya Konggres PSSI saat itu. Buku itu pun dapat dijual di arena konggres PSSI tersebut yang dihadiri wakil﷓wakil dari Komda PSSI dari seluruh Indonesia. Apalagi, liputan pers pasti sangat gencar dan intensif menyoroti konggres organisasi olahraga yang paling banyak penggemarnya itu. Bukankah momen "panas" ini bisa menjadi arena ampuh mengkampanyekan sosok dan visi Pak Amien sebagai Capres tentang masa depan sepakbola Indonesia untuk komunitas inti sepakbola Indonesia secara tepat sasaran ?

Dalam buku saya ini memang ada artikel menyangkut Pak Amien Rais. Yaitu tentang peristiwa di tahun 1998, saat saya menyerahkan kaos pemain bola dengan punggung tertulis '10" dan "AMIEN RAIS" untuk Pak Amien di Acara Tablig Akbar di Masjid Besar Solo, tetapi juga ada kritik saya atas pendapat Pak Amien bahwa Indonesia akan ikut Piala Dunia 2006. Semoga satu kritik ini bukan hal yang mengganggu. Sebab di buku tersebut Pak Amien dan ARC masih terbuka luas peluang berkampanye secara cerdas, elegan, nalar dan halus, dengan menulis kata pengantar dalam buku ini. Lewat tulisan itu, saya yakin, Pak Amien sebagai Capres diharapkan dapat membeberkan visi gemilang tentang sepakbola Indonesia masa depan, dan mencantol ke dalam benak, diterima ribuan pembaca warga komunitas sepakbola Indonesia dengan resistensi minimal.

Beranikah ARC menyambar secara cepat sodoran ide liar ini ? Proposal buku, daftar isi dan pendapat suporter Indonesia dari pelbagai kota untuk buku ini dapat Anda simak di situs weblog saya, http://suporter.blogspot.com. Mohon maaf, sebenarya surat dan proposal telah berkali﷓kali saya coba kirim lewat e﷓mail ke redaksi@m﷓amienrais.com, tetapi selalu mental karena kotak surat elektronik Anda over﷓quota. Saya menunggu nasehat dan kontak lanjutan segera dari Anda. Terima kasih untuk atensi Bapak.


Hormat saya,

Bambang Haryanto
E﷓mail:
humorline (at) hotmail.com,
humorline (at)plasa.com


HARI 5 : Minggu, 14 September 2003
Bersediakah ARC menjadi penerbit bagi bukuku ? Mengirim suratnya pun melalui e-mail tetap saja gagal.


Catatan : “Aduh, upayaku untuk mengontak lewat e-mail ke situs web ARC yang kemarin gagal, dan tadi mau coba kirim ide ARC jadi penerbit buku Hari-Hari Sepakbola Indonesia Mati, juga kembali gagal. Box e-mail redaksi@m-amienrais.com itu sudah over-quota”.



Wonogiri, 14 September 2003

Kepada Yth.
Bapak Direktur Eksekutif
The Amien Rais Center
Di Jakarta


Dengan hormat,
Bapak Amien Rais sebagai pendukung kesebelasan PSS Yogyakarta adalah seorang Slemania. Slemania. adalah nama kelompok suporter PSS Yogyakarta. Beliau juga satu-satunya calon presiden yang aktif berbicara mengenai sepakbola Indonesia. Merujuk hal di atas, saya sebagai suporter Pasoepati dari Solo yang tertarik dengan misi The Amien Rais Center (ARC), yang seperti kata Alvin Lie (Jawa Pos, 26/2/2003) sebagai pabrik ide dan lembaga untuk mengaktualisasikan berbagai program demi kesejahteraan rakyat, bersama ini saya ingin mengajukan gagasan revolusioner.

Saya adalah simpatisan PAN, Sekjen Asosiasi Suporter Sepakbola Indonesia (ASSI), pemegang rekor MURI sebagai Pencetus Hari Suporter Nasional 12 Juli, dan kini merampungkan buku berjudul Hari-Hari Sepakbola Indonesia Mati. Apakah kiranya ARC bersedia menerbitkan naskah buku saya tersebut ? Apalagi, bila buku itu bisa terbit pada awal Oktober 2003, maka ia bisa nimbrung memanaskan atmosfir berlangsungnya Konggres PSSI (termasuk pergantian ketuanya !) saat itu. Apalagi, liputan pers pasti intensif menyorot kearah konggres organisasi olahraga yang paling banyak penggemarnya itu. Bukankah momen ini bisa menjadi arena ampuh untuk juga mengkampanyekan sosok Pak Amien dalam komunitas sepakbola Indonesia secara elegan ?

Dalam buku ini memang ada artikel menyangkut Pak Amien Rais. Yaitu peristiwa tahun 1998, saat saya menyerahkan kaos pemain bola yang di punggungnya tertulis angka “10” dan tulisan “Amien Rais” di Masjid Besar Solo, dan kritik saya atas pendapat Pak Amien bahwa Indonesia akan ikut Piala Dunia 2006. Tetapi apakah artikel itu dan tulisan lainnya bermotif terang-terangan mengkampanyekan PAN atau Pak Amien Rais sebagai Presiden 2004 ?

Tentu saja tidak. Hemat saya, ARC dan Pak Amien Rais dapat menjangkau komunitas berisi ribuan suporter sepakbola Indonesia itu harus dengan persuasi dan kecerdasan, dan tujuan itu kiranya dapat dicapai dengan penerbitan buku ini. ARC atau Pak Amien sendiri, dengan menulis kata pengantar buku ini, saya yakin mampu secara cerdas melakukan kampanye secara elegan, masuk nalar, dan halus, sehingga justru sosok Pak Amien akan lebih mencantol ke dalam benak dan diterima pembaca dengan resistensi yang minimal.

Beranikah ARC mempertimbangkah sodoran ide liar ini ? Proposal buku saya sertakan di bawah ini. Semoga bermanfaat. Saya menunggu nasehat dan kontak lanjutan dari Anda. Terima kasih untuk atensi Anda.



Hormat saya,

Bambang Haryanto
E-mail :
humorline@hotmail.com,
humorline@plasa.com

P.S. Daftar isi buku dan komentar para suporter dari pelbagai kota tentang rencana penerbitan buku ini, silakan ditengok pada weblog saya, Suporter Indonesia dengan alamat di Internet : http://suporter.blogspot.com



PROPOSAL BUKU
HARI-HARI SEPAKBOLA INDONESIA MATI

Oleh : Bambang Haryanto



1. ABSTRAKSI

Football without fans is nothing. Itulah kredo terkenal Jock Stein, pelatih legendaris tim Glasgow Celtic, Skotlandia. Tanpa suporter, tidak ada sepakbola. Sepakbola membutuhkan suporter agar sepakbola mampu terus survive. Tetapi di Indonesia, negara berpenduduk nomor empat terbesar di dunia yang prestasi sepakbolanya mati di pentas dunia akibat kungkungan budaya yang tidak menunjang dan salah urus, justru suporternya menjadi lubang hitam, black hole, energi maha dahsyat yang menyedot habis sisi-sisi positif sepakbola. Tindak kekerasan, kerusuhan, jatuhnya korban baik luka atau tewas, rusak dan terganggunya ketertiban, pranata sosial sampai prasarana umum, merupakan citra buruk yang melekat pada suporter sepakbola. Suporter divonis memperburuk citra sepakbola, juga menjadi problema sosial serius bangsa dan negara Indonesia.

Paradigma baru suporter sepakbola kini sedang digulirkan. Buku ini berisi pandangan penulis sebagai salah satu pelaku, orang dalam, dan pelopor revolusi paradigma baru suporter sepakbola Indonesia. Terhimpun sebagian dari tulisannya di pelbagai media cetak lokal dan nasional, Internet dan kontes esai berskala nasional, telah dipancangkan paradigma baru suporter sepakbola, yaitu perubahan dari budayanya yang destruktif menjadi penghibur yang atraktif. Suporter sepakbola diimpikannya hadir sebagai organisasi penghibur, entertainer, guna tampil kolosal dalam konser yang atraktif, kreatif, berlaku cinta damai dan anti tindak kekerasan. Suporter di stadion statusnya terangkat, tidak lagi hanya menjadi penonton belaka, tetapi berubah menjadi aktor suatu totalitas pemanggungan teater sepakbola. “Gerakan kebudayaan” tersebut akan membuka dimensi-dimensi baru organisasi suporter yang bermanfaat bagi komunitasnya dan sepakbola Indonesia di masa depan. Seorang suporter Jepang telah mengomentari konser suporter Indonesia masa kini sebagai, “It is more great than Japan and Serie A!".

Paradigma baru itu kini menjadi virus positif, bahkan gelombang epidemi sosial, yang menjalari kota-kota sepakbola utama di Tanah Air. Bermunculanlah kelompok-kelompok suporter mengusung cita-cita yang sama, dari Jakarta hingga Persipura. Di Solo hadir Pasoepati, di Yogya muncul Slemania (PSS Sleman) dan Brajamusti (PSIM). Buku yang pertama dalam bidangnya ini merupakan album yang mengabadikan kisah-kisah perjuangan suporter sepakbola Indonesia dalam menjalani paradigma baru eksistensinya. Juga sekaligus merupakan signpost, penunjuk arah, bagi jutaan penggila sepakbola Indonesia dan bahkan juga bagi kemajuan sepakbola Indonesia di masa depan.

Berlatar belakang interaksi antarsuporter sepakbola Indonesia, juga dunia, isi buku diperkaya dengan cerita humor, hubungan cinta dan benci antara suporter dan tim yang ia dukung, edukasi tentang etika, kisah pergulatan menyiasati kegagalan sampai kebencian, mengobarkan keinginan terus belajar dan berbagi ilmu, mengasah kreativitas sampai kiat-kiat membaca peluang bisnis atau pun karier, dan strategi memanfaatkanya guna sukses meraih cita-cita bagi setiap pribadi dan organisasi di era informasi kini dan masa depan.


2.PASAR SASARAN BUKU

Pasar buku ini adalah suporter sepakbola Indonesia, yang bergairah mendukung tim-tim yang berlaga dalam kancah Liga Indonesia selama ini. Diutamakan kepada kelompok suporter Pasoepati (Solo), Aremania (Malang), The Jakmania (Jakarta), Slemania (Sleman/Yogyakarta), Laskar Benteng Viola (Tangerang), Panser Biru (Semarang), Ultras (Gresik), The Macz Man (Makasar), Viking dan Bomber (Bandung), dan Bonek (Surabaya). Nama-nama para pentolan kelompok tersebut adalah para hero, pelaku sejarah gerakan paradigma baru suporter Indonesia dan terdokumentasikan kiprahnya di buku ini.

Komentar salah seorang pentolan suporter Aremania (Malang), berpendidikan MBA dan tinggal di Nusa Tenggara Barat tentang rencana penerbitan buku ini : “Salut dan bangga ada buku tentang suporter Indonesia, perlu gebrakan memang untuk mewujudkan impian. Saya ingin membantu memasarkan di NTB kalau diijinkan, mungkin juga akan menjualkan ke teman-teman di sini sebab kami jauh dari kota…. Saya yakin dengan nama saya ada di buku itu pasti teman-teman tertarik untuk membelinya, disamping memang isinya patut dibaca oleh insan bolamania demi perkembangan dan kemajuan sepak bola Indonesia. Kalau perlu, pas launching saya datang apabila diberitahu sebelumnya”


Pasar potensial lainnya adalah komunitas sepakbola Indonesia di luar kelompok suporter, yang antara lain meliputi :

· Para pemain sepakbola eks pemain Pelita Solo, Persijatim Solo FC, PSS Sleman, PSIS Semarang, Persija Jakarta, PSM Makassar, dan lainnya.
· Kalangan ofisial tim-tim yang berlaga di Liga Indonesia
· Para petinggi PSSI
· Komunitas media massa, baik cetak, elektronik dan Internet.
· Pencinta sepakbola Indonesia di luar komunitas suporter.


3. PROFIL PENULIS
Bambang Haryanto, suporter Pasoepati, Solo.
Sejak 2001 menjabat sebagai Sekjen Asosiasi Suporter Sepakbola Indonesia (ASSI). Pencetus Hari Suporter Nasional 12 Juli (2000) dan dikukuhkan sebagai Pemegang Rekor dalam Museum Rekor Indonesia (MURI) Semarang. Dalam organisasi Pasoepati, pernah menjabat sebagai Menteri Media dan Komunikasi, kemudian Menko Bina Citra (2000-2001) yang bertanggung jawab dalam strategi media, pemasaran, dan propaganda Pasoepati dalam media cetak, elektronik dan Internet. Sebagai penulis dan konsultan komunikasi menulis artikel beragam topik, seperti teknologi informasi, strategi karier, sepakbola dan suporter sepakbola di media lokal dan nasional. Tulisannya mengenai strategi bisnis di Internet memenangkan Juara Harapan I dalam Lomba Karya Tulis Teknologi Komunikasi dan Informasi (LKT3I) PT Indosat, Kompas, Republika, Gatra dan LIPI, 1999. Esainya mengenai impian masa depan suporter Indonesia menyabet Juara I Kelompok Umum dalam The Power of Dreams Contest 2002 oleh PT Honda Prospect Motor, Jakarta. Kemenangan ini membawa profil dirinya ditayangkan dalam The Power of Dreams Documentary di stasiun televisi TransTV, 27 Juli 2002. Menulis buku kumpulan humor, Ledakan Tawa Dari Dunia Satwa (Penerbit Andi, 1987) dan Bom Tawa Antarbangsa (Penerbit USA, 1987).

Pendidikan : Lulusan dari Jurusan Mesin Fakultas Keguruan Teknik UNS Sebelas Maret, Solo (1979) dan Jurusan Ilmu Perpustakaan Fakultas Sastra Universitas Indonesia (1984).


INFORMASI TAMBAHAN

Informasi dan promosi pra-penerbitan buku Hari-Hari Sepakbola Indonesia Mati antara lain telah dimuat dalam Tabloid Olahraga Bola (24/1/2003) pada kolom “Halaman Tiga”, yaitu kolom terhormat yang selama ini diperuntukkan bagi kalangan ahli atau pakar olahraga Indonesia. Rencana penerbitan buku ini juga disajikan dalam milis ASSI (assi-l@yahoogroups.com), ajang diskusi suporter sepakbola Indonesia dari pelbagai penjuru tanah air. Info tersebut juga di-forward kepada milis kelompok suporter lokal, seperti Solomania, Aremania, Slemania., dan lainnnya. Hasil interaksi antarsuporter Indonesia dan tanggapan mereka tentang rencana buku ini dapat disimak dalam weblog penulis, Suporter Indonesia (http://suporter.blogspot.com).



HARI 4 : Sabtu, 13 September 2003
Apa fasilitas e-mail situs web ARC itu tidak di-maintenance dengan seharusnya ?

Catatan :
Malam hari cek e-mail lagi. Ternyata e-mail hari Kamis lalu itu gagal ‘nembus” pula ke kotak surat elektroniknya situs calon presiden ini. Kotak surat The Amien Rais Center/ARC itu penuh, “over-quota”. Apa fasilitas penting komunikasi ini tidak mereka pelihara dengan seharusnya ?

Harian Kompas hari ini memberitakan bahwa Amien Rais akan memilih calon presiden dari TNI. Juga menyinggung masalah masih terdiskriminasikannya etnis Tionghoa. Kedua topik menarik ini, sebaiknya mampu jadi isi yang menarik dan panjang lebar di situs webnya !


HARI 3 : Jumat, 12 September 2003
Hari ini Harian Kompas memuat kiprah kampanye capres dari Partai Golkar.


Catatan :
“Berhari-hari aku memikirkan strategi kampanye Presiden untuk Amien Rais, kemarin aku sudah kirim surat dan e-mail ke tabloidnya, dan hari ini Kompas memuat kiprah kampanye para capres Golkar, dari Surya Paloh yang memakai pesawat jet pribadi dan Sultan HB X yang mengaku dapat dukungan supranatural, lalu artikel bab Amien Rais yang dibantu tim suksesnya secara luar biasa. Apakah semua ini kebetulan kosmis ?”



HARI 2 : Kamis, 11 September 2003
Mengirimkan surat kepada Pemimpin Umum/Pemimpin Perusahaan
Tabloid Media Amanat Rakyat (MAR)
Bapak H.A. Halim Asyhari

Hal : Tinjauan kritis mengenai Tabloid MAR,
situs web The Amien Rais Center/ARC (www.m-amienrais.center)
dan gagasan kampanye di ARC dengan menyelenggarkan layanan
outplacement counselling bagi korban PHK, dengan mengambil kasus
kemelut di PT Dirgantara Indonesia.


Catatan :
Hari ini aku memutuskan mem-print surat tersebut, dan, “oh, aku kemudian mengirimkannya dengan fasilitas snail-mail, alias lewat pos. Walau lewat kilat khusus, aku membayangkan betapa lama surat ini akan sampai. Di jaman komunikasi semakin lajim dilakukan secara elektronik, dan sampai ke tujuan secepat cahaya, tetapi kini aku harus melakukan pengiriman informasi bermediakan atom, alias kertas. Aku merasa seperti kembali hidup di jaman batu !”.

Malam harinya, cek e-mailku, ternyata e-mail kemarin itu tidak bisa “tembus”. Memang, rasanya aneh ada alamat e-mail seperti ini, redaksi@www.m-amienrais.com, di mana lajimnya data “www” tidak tercantum. Aku mencobanya lagi, kali ini tanpa alamat “www”.



HARI 1 : Rabu, 10 September 2003
Kirim e-mail ke Pemimpin Umum/Pemimpin Perusahaan
Tabloid Media Amanat Rakyat (MAR)
Bapak H.A. Halim Asyhari
Dengan alamat e-mail yang tercantum dalam Tabloid MAR :
redaksi@www.m-amienrais.com


Hal : Tinjauan kritis mengenai Tabloid MAR,
situs web The Amien Rais Center/ARC (www.m-amienrais.center)
dan gagasan kampanye di ARC dengan menyelenggarkan layanan
outplacement counselling bagi korban PHK, dengan mengambil kasus
kemelut di PT Dirgantara Indonesia.





Wonogiri, 10 September 2003


Kepada Yth.

Bapak H.A. Halim Asyhari
Pemimpin Umum/Pemimpin Perusahaan
Tabloid Media Amanat Rakyat (MAR)
Jl. Sinabung No. 3 Kebayoran Baru
Jakarta Selatan


Assalamu alaikum Wr.Wb.,

Semoga Bapak Halim dan seluruh keluarga besar Tabloid MAR dan The Amien Rais Center (ARC) selalui dikaruniai kesejahteraan dan optimisme oleh Allah Yang Maha Kuasa. Bagi saya, suatu berkah dan kebahagiaan bisa mengirimkan surat ini, demi upaya ikut urun rembug guna ikut berperanserta mendukung keberhasilan program-program Bapak Amien Rais dalam Pemilu 200 mendatang.

Dalam Pemilu 1999 lalu, saya telah membuat plakat berisi teks Deklarasi PAN, dan ketika plakat-plakat itu ditandatangani oleh Pak Amien Rais ia menjadi perangkat upacara deklarasi PAN se-Eks Karesidenan Surakarta. Plakat itu diterimakan kepada para pimpinan PAN di pelbagai kabupaten. Kini, menjelang Pemilu 2004, saya terketuk untuk memberi masukan kreatif.

Kali ini menyangkut strategi media kampanye Bapak M. Amien Rais. Yaitu menyangkut penyajian Tabloid MAR yang Bapak Halim pimpin, situs web www.m-amienrais.com dan The Amien Rais Center. Usul-usil saya terlampir di bawah ini.

Semoga bermanfaat. Apabila memang diperlukan, saya bersedia melakukan diskusi, dengan tujuan utama mendukung keberhasilan visi dan misi Bapak M. Amien Rais dalam Pemilu 2004 mendatang.

Terima kasih atas atensi Bapak Halim Asyhari.

Wassalamu alaikum Wr. Wb.

Hormat saya,

Bambang Haryanto
E-mail 1: humorline@hotmail.com
E-mail 2 : humorline@plasa.com


P.S. Hari ini juga saya kirimkan surat ini melalui poskilat khusus. Harap maklum.


STRATEGI MEDIA KAMPANYE M. AMIEN RAIS
PERLU OPTIMALISASI DAN REVOLUSI :
USULAN KREATIF UNTUK TABLOID MAR,
SITUS WEB M. AMIEN RAIS
DAN AKTIVITAS THE AMIEN RAIS CENTER

Oleh : Bambang Haryanto
humorline (at) hotmail.com
humorline (at)plasa.com




TABLOID MAR :
HARUS LEBIH BANYAK BELANJA IDE DAN WAWASAN !


Pria muda berseragam pegawai negeri itu simpatisan PAN. Saat itu ia membawa Tabloid Amanat. Ketika saya minta ijin untuk meminjam tabloid itu, ia senang hati memberikannya. Kita lalu ngobrol, saat itu terjadi di atas bus umum yang melaju dari Wonogiri ke Solo dan berlangsung menjelang Pemilu 1999. Sebagai sesama simpatisan PAN, ngobrol antara kita jadi bersahabat. Saat ia turun bus duluan, tabloid itu diberikan kepada saya. Saya senang menerima hadiah itu.

Mengapa ia memberikan tabloid itu kepada saya ? Kini, di tahun 2003 ini, ketika mengenang peristiwa itu, saya bisa (rada gegabah) berkesimpulan : salah satunya, mungkin, karena isi tabloid Amanat itu tidak menarik. Saya mohon maaf, apabila kesimpulan yang sama saat ini ingin pula saya katakan bahwa Tabloid MAR yang Anda terbitkan itu, juga belum tampil menarik. Tabloid MAR ini hanya sedikit lebih maju dibanding Tabloid Amanat dulu, yaitu menyangkut kualitas cetak dan kertasnya.

Kalau saja ada derajat daya tarik media, semisal antara angka 0 sampai 10, maka bagi saya Harian Kompas itu berada di derajat 7, harian Republika pada derajat 5, surat kabar AS USA Today di derajat 8, International Herald Tribune di derajat 8 pula, sementara tabloid Anda pada derajat 2,5 – 3. Berdasar hal itu, ketika baru membaca Tabloid MAR edisi yang pertama, yang ada adalah rasa kecewa atas isi, penyajian dan bahkan terhadap pendekatannya sebagai media kampanye Pak Amien Rais menuju kursi Presiden dalam Pemilu 2004.

Tentang isi, demi perbaikan, saya setuju dengan masukan dari Farid Faqih (Gowa) agar “masukan yang mengeritik Amien Rais itu harus dimasukkan” dan saran Faisal Basri (Dosen FE-UI, mantan Sekjen PAN) agar tabloid ini “jangan vulgar mengedepankan isu-isu keperpihakan yang berlebihan seperti Tablod Amanat dll. pada Pemilu 1999 yang lalu”.

Tentang penyajiannya, apa redaksi MAR tidak tertarik untuk melakukan eksplorasi dengan belanja ide dari pelbagai media/tabloid partai yang ada di negara-negara maju, misalnya di Amerika Serikat (kan Pak Amien juga alumni AS) atau Eropa. Menurut hemat saya, Tabloid MAR sebagai media kampanye, sebaiknya menomorsatukan daya tarik keterbacaan (readable) untuk khalayak umum yang luas, dengan mengeksploitasi sosok Pak Amien Rais dan tokoh PAN popular lainnya secara kreatif, cerdas, termasuk seperti kata Pak Halim Asyhari, “visi mengubah citra Amien Rais yang orang kampus hingga jadi populis atau kerakyatan”. Di edisi MAR pertama, sungguh, visi itu belum nampak sama sekali !


Usul saya : silakan Anda lebih dulu membaca buku Real Time karya begawan pemasaran dari Lembah Silikon, Reggis McKenna. Di situ antara lain disebutkan, bahwa masa kini semua aktivitas pemasaran dan promosi haruslah dikemas sebagai entertainment, hiburan. Oleh karena itu agar misi Tabloid MAR sukses, sebaiknyalah bila Tabloid MAR mampu tampil sebagaimana layaknya tabloid hiburan. Artikelnya pendek-pendek, seperti tulisan tentang Peggy Melati Sukma itu di edisi pertama. Atau kolom “Nama & Peristiwa” di halaman 12 Harian Kompas.

Selanjutnya, silakan baca pula bukunya Thomas Davenport, The Attention Economy (terbitan Harvard). Terungkap dalam buku itu bahwa perang hebat yang terjadi masa kini adalah perang memperebutkan harta karun yang paling berharga, yaitu atensi atau perhatian. Mengapa Elvis Presley yang sudah lama meninggal tapi lagu-lagunya masih menghasilkan uang jutaan dollar sampai kini, itulah mukjijat ekonomi atensi. Silakan belajar serius bagaimana seorang Ilham Bintang, juragan infotainment di pelbagai televisi swasta, yang secara julig mengolah hal-hal remeh dan temeh dari para selebritis tetapi disukai oleh masyarakat luas – baik tersaji di media elektronik atau pun media cetak. Ilham Bintang sukses jualan atensi menukarkan bola mata (eyeball = penonton) yang berhasil ia himpun dengan duit yang dikeluarkan oleh para pengiklan dalam acaranya.

Buku penting lainnya, adalah karya ahli gerilya pemasaran, Seth Godin. Judulnya, Unleashing The IdeaVirus. Tertulis di sampulnya, “Stop marketing AT people ! Turn your ideas into epidemics by helping your customers do the marketing for you”. Untuk info penunjang, silakan baca artikelnya Roby Mohamad, “Ilmu Jaringan : Ketika Fisika dan Sosiologi Bertemu” (Kompas, 5 September 2003 : hal. 51) dan profilnya (Kompas,11 September 2003 : hal. 12 ). Di sini antara lain dipertanyakan : bagaimana penyakit menular menyebar menjadi epidemik ? Bagaimana ide atau tren budaya menyebar ? Alangkah dahsyatnya apabila ilmu jaringan ini bisa diaplikasikan dalam strategi kampanye Amien Rais dalam waktu dekat ini.

Sekadar contoh : akhir-akhir ini, di Solo dan sekitarnya, Pak Amien gencar turun ke bawah. Ikut sepeda santai, blusukan ke pasar, atau bertemu para tukang becak. Pendekatan populis yang bagus. Tetapi tim sukses kampanye Pak Amien selama ini nampak belum menggagas strategi lanjutan agar siapa saja yang pernah bersinggungan dengan Pak Amien didorong dan dipersuasi agar bertransformasi menjadi “agen penular virus” sosok Amien Rais bagi masyarakat di sekitar diri hidup mereka.

Modus operandinya sebenarnya sederhana : semisal pak becak yang pernah bersalaman dengan Pak Amien Rais, saat itu pula diusahakan (oleh tim sukses kampanye Pak Amien misal dengan alat bantu kamera Polaroid atau kamera digital beserta printer foto) hingga pak becak pada saat itu pula mampu memiliki foto peristiwa tersebut. Foto itu lalu bisa diberi tanda tangan Pak Amien, sokur kalau bisa diberi frame dengan berisi teks kampanye Pak Amien Rais, yang bisa dipajang di rumah pak becak tadi.

Jadi pak becak itu nanti tidak hanya punya kaos bergambar Pak Amien saja. Kaos memang bisa jadi the walking billboard, tetapi terbatas untuk dijadikan bahan cerita atau obrolan yang menarik. Sebaliknya, foto tadi otomatis mampu menjadi bahan cerita/obrolan menarik dengan kalangan keluarga, tetangga, sesama tukang becak dan seterusnya. Apalagi, di pemilihan presiden nanti juga memilih foto, kan ? Jadi pak becak tadi otomatis menjadi juru kampanyenya Pak Amien secara gethok tular (word of mouth) dengan sentuhan personal. Sebaiknya lagi, kalau tim sukses Pak Amien mau menulis surat/kartu (thank you note) susulan untuk pak becak tadi, sebagai reminder agar pak becak tadi terus melanjutkan kampanyenya ! (Baru-baru ini Kompas memuat foto dua anak muda asal Laweyan, Solo, yang mukanya dicat a la rasta, simbol pecinta musik reggae, ketika keduanya ikut tablig akbar Pak Amien di Semarang. Dengan strategi di atas, keduanya dapat kita angkat sebagai hero atau selebritis-nya anak muda PAN !).

Langkah di atas itu baru permulaan. Teknologi informasi kemudian harus dimanfaatkan sebagai pengeras suara momen tadi. Caranya : foto yang sama tadi harus ditempel di kantor PAN setempat, penerimanya diupayakan jadi bahan “gunjingan” (positif) di radio-radio swasta lokal dan dimuat dalam kolom “Kronik” Tabloid MAR. Kalau hanya sampai di sini, nilai peristiwa itu akan “mati”. Maka foto itu sekaligus harus dimunculkan di situs web Amien Rais. Lalu diikuti 1-2 program lanjutan untuk mengeksploitasi karakter khas media Internet (detil program itu bisa saya sampaikan nanti), sehingga foto itu diusahakan terus “hidup”, sehingga pada akhirnya dari adegan peristiwa sederhana tadi berpeluang berubah menjadi bola-bola salju yang menggelinding, “turn your relationships into epidemics by helping your constituent do the marketing for you”. Berhubung Pak Amien Rais saat ini makin sering berinteraksi dengan aneka khalayak, maka pasti dimungkinkan semakin banyak pula “bola-bola salju” yang dapat digulirkan, sehingga akhirnya mampu “mengepung” Indonesia. Secara tak terasa Pak Amien mampu menjadi “virus” yang menghuni dalam benak banyak orang. Hanya imajinasi saja (mungkin pula biaya) yang mampu membatasinya !

Merujuk teori bola salju di atas maka pendekatan Tabloid MAR harus mampu menjadi media kampanye ampuh dengan tampil sebagai sarang isu seputar Pak Amien, tentang PAN, dan tokoh-tokoh pendukungnya. Tabloid MAR harus menjadi semacam “kantor berita”, dan bukan hanya tabloid semata. Kuncinya, menurut saya, tabloid ini harus terlebih dulu mengadopsi ciri majalah People. Isi utama People adalah tentang orang, orang dan orang. Sebab info tentang orang itu lebih menarik dan mudah untuk bisa ditularkan kepada orang lain. Bagaimana sosok orang bernama Amien Rais dapat ditampilkan ? Pak Amien itu orang hebat. Ia mampu menjadi sumber informasi dan pemikiran yang bakal tidak habis untuk menjadi bahan tulisan dan perbincangan.


Usul-usil saya antara lain : setiap edisi Tabloid MAR tampilkan visi dan pemikiran Pak Amien yang menyangkut isu aktual tertentu. Ditulis secara komprehensif, enak dibaca, penuh pendekatan human interest, sokur kalau ada hal-hal berbau kontroversi (ini menarik bagi pembaca !) dan harus menghibur. Dengan pendekatan semacam ini maka pembaca awam bisa mengidentifikasikan diri mereka, bahwa problem yang dihadapi oleh Pak Amien itu tidak beda dengan mereka. Seperti saat kita menonton sitkom The Cosby Show di televisi. Yang paling penting, bagaimana isi tabloid itu bisa menjadi bahan obrolan antarmereka !


Misal, di bulan Oktober 2003 nanti akan ada Konggres PSSI. Pak Amien pernah bicara mengenai masa depan sepakbola Indonesia di saat-saat menjelang final Piala Dunia 2002, pernah mengatakan mendukung Sumaryoto (tetangga saya di Wonogiri) untuk jadi Ketua PSSI, dan beliau pun mendukung tim PSS Yogyakarta. Semua materi itu bisa jadi bahan tulisan yang bersifat populis. Mungkin juga dapat disajikan tulisan dan aneka pendapat yang mengkritik Pak Amien sebagai orang yang tak tahu sepakbola, tetapi hal itu tetap banyak nilai positifnya.

Saya pribadi, moga Pak Amien belum lupa, pada tahun 1998 di Mesjid Gede Solo saya pernah memberikan kaos pemain bola kepada Pak Amien. Kaos itu punggungnya bertuliskan nomor “10” dan “Amien Rais”. Saat memberikan kepada beliau, di tengah lautan umat, saya katakan : “Ini kaos untuk kapten gerakan reformasi”. Saat Pak Amien mengulangi kata-kata saya itu di depan pengeras suara, maka audiens pun menyambut dengan gemuruh.

Kemudian, isu lainnya, misalnya, menjelang perayaan Imlek 2004 bisa ditulis tentang pandangan Pak Amien mengenai etnis Tionghoa dengan segenap problem kontemporer mereka. Topik menarik lainnya, Pak Amien dan buku. Silakan sambung sendiri. Cara penulisannya dapat meniru cara penyajian profil seseorang pemain sepakbola dalam suatu majalah sepakbola Inggris yang terkenal, di mana penulisannya justru tidak melibatkan wartawan majalah bersangkutan. Tetapi isinya hebat, menarik dan enak dibaca. Majalah ini benar-benar telah sukses mengadopsi budaya Internet untuk media berbasis cetak. Detilnya akan saya beberkan bila gagasan usul-usil ini disetujui.

Himpunan aneka topik pandangan Pak Amien itu memungkinkan diterbitkan menjadi buku, bukan ? Tentu saja, isu-isu atau materi yang sama dapat diolah sehingga serasi bersinergi dengan media Internetnya (www.m-amienrais.com), dijadikan lagi sebagai bola-bola salju untuk mem-virus-kan sosok Pak Amien !

Impian saya lainnya, pelbagai kantor biro Tabloid MAR yang hampir merata di tanah air itu disulap menjadi pusat informasi (clearing house) dan pusat gaul yang positif bagi seluruh lapisan masyarakat.


SITUS WEB WWW.M-AMIENRAIS.COM :
HARUS DIROMBAK AGAR SESUAI DENGAN PARADIGMA MEDIA
YANG BERBASIS DIGITAL


Apakah Internet efektif sebagai media kampanye ? “It can be”, kata David Lytel, mantan pengelola situs web Gedung Putih dan pengelola situs Democrats Online. Sementara Gus Pace, yang membangun jaringan online untuk 70 pemimpin Partai Republik AS, mengatakan : “Absolutely !” (Silakan baca “Parties on the Net”, Time Digital, 11/11/1996 : hal. 13). Amien Rais dengan memiliki situs web Amien Rais (SWAR) berarti sudah berada di jalur benar dalam berkampanye. Tetapi eksekusinya masih harus dikritisi dan mendapatkan koreksi besar-besaran.

David Lytel selanjutnya menyatakan, Internet “can be an extremely effective place for voters to articulate and organize their concerns and share them with one another. Online community organizing is what the Internet makes newly possible. Think of its as electronically enhanced word of mouth, rather than an extension of a campaign’s paid advertising”.

Apakah situs web resmi itu memadai sebagai sarana kampanye ? David Lytel menjawab, “No, and they can never be……People rely as much on journalism and word of mouth to decide how to vote. Citizen-to-citizen communication is most effective at changing people’s minds, and the Internet is good for that”.

Merujuk pendapat para ahli di atas, menurut hemat saya, SWAR saat ini masih sangat jauh dari memenuhi kriteria sebagai media kampanye elektronik berbasis Internet yang andal. SWAR masih kuat berkarakter sebagai old media yang berbasis atom, kertas, hanya saja disajikan secara elektronik. SWAR belum mengeksplorasi karakter media yang berbasis digital. Pengelola SWAR nampak berasumsi bahwa peselancar/pembaca melongoki situsnya hanya untuk membaca info-info seputar Pak Amien Rais. Itu asumsi keliru dan justru menyerimpung kesaktian Internet. Sebab seperti tutur David Lytel di atas, situs web seharusnya menjadi masyarakat maya, online community, dimana warganya dapat saling curhat satu sama lainnya. Komunikasi antarwarga adalah sarana paling efektif untuk mengubah people’s minds, bukan ?

SWAR, menurut hemat saya, harus menjalani perubahan paradigma. Begawan digital dari MIT, Nicholas Negroponte, pernah bilang bahwa Internet adalah gempa bumi berkekuatan 10,5 skala Richter yang mengguncang perubahan ekonomi. Sebesar itu pula perubahan yang harus dilakukan agar SWAR mampu menjadi media kampanye yang berhasil.

Mau dan beranikah Anda ? Oh ya, saya rada frustrasi ketika tulisan ini tak bisa dikirim via e-mail, sebab e-mail ke redaksi@www.m-amienrais.com (penulisannya aneh !) ditolak. Fasilitas e-mail di situs www.m-amienrais.com, juga tidak dapat ditembus. Situs web tanpa e-mail, sama dengan invalid berat. “If a website has no feedback mechanism, forget it !”, tulis Mandel dan Van der Leun dalam bukunya Rules of the Net (1996).


KANTOR THE AMIEN RAIS CENTER BISAKAH MENJADI
PUSAT LAYANAN GUNA IKUT SERTA MENGATASI PENGANGGURAN
KAUM TERDIDIK INDONESIA ?


Beberapa hari lalu lewat TV saya menonton Pak Amien Rais melakukan orasi di depan para karyawan PT Dirgantara Indonesia. Empati Pak Amien kepada karyawan PT DI itu, menurut saya, baru ibarat bedak untuk sebuah luka benjol di kepala. Hanya menghibur. Padahal sebenarnya empati Pak Amien itu bisa ditindaklanjuti oleh tim sukses atau The ARC dengan aksi nyata guna membantu para karyawan yang sedang terlilit masalah berat dan perlu pertolongan itu.

Usul saya : The Amien Rais Center (ARC) menggagas layanan outplacement counselling untuk mereka-mereka yang terancam PHK tersebut. Konseling ini lajim terjadi di negara maju, intinya membantu mereka yang terkena PHK agar mampu memperoleh pekerjaan baru. Aktivitasnya bisa terdiri dari konseling psikologis, melakukan tes-tes psikologi untuk menemukan orientasi karier yang baru, memberikan bimbingan mengenai strategi berburu pekerjaan, sampai menyediakan “kantor sementara” berisi buku-buku referensi/panduan/direktori sehingga para PHK-wan/wati itu dapat memakai telepon atau akses Internet guna melancarkan proses job hunting mereka.

Aksi nyata ini jelas merupakan tindak lanjut logis dari isi artikel Bung Mariman Darto, Peneliti Ekonomi dan Kebijakan Publik The ARC dalam artikelnya berjudul “Menanti Kebijakan Pro Kaum Penganggur” yang ditulis di Tabloid MAR No. 1 hal. 12. Kenapa tidak PAN atau The ARC secara proaktif mengambil peluang emas ini, sebagai salah satu venues kampanye yang pasti berdampak hebat dan positif bagi citra Pak Amien Rais ?

Sekian dulu kontak saya. Semoga usul-usil ini bermanfaat. Sukses untuk Pak Amien !



Hormat saya,
Bambang Haryanto
Konsultan Komunikasi.
Penulis buku Hari-Hari Sepakbola Indonesia Mati (kini dalam proses pertimbangan penerbit). Pemenang The Power of Dreams Contest (Honda) 2002.
Pemegang Rekor MURI sebagai Pencetus Hari Suporter Nasional 12 Juli.
Sekjen Asosiasi Suporter Sepakbola Indonesia (ASSI). Alumnus UI.

E-mail : humorline (at)hotmail.com dan humorline (at)plasa.com
HARI 18 : Minggu, 28 September 2003
Apakah di kaos kampanye PAN yang berjumlah jutaan itu juga akan tertera alamat situs Amien Rais ? Bagaimana kondisi situs web The Amien Rais Center/ARC itu sendiri ? Apakah justru Amien Rais itu tidak mengenal, bahkan takut terhadap Internet ?


Catatan :
Harian Kompas mewartakan, dalam acara penutupan Temu Nasional Legislatif dan Eksekutif PAN di Yogyakarta (27/9) telah berhasil dikumpulkan dana sebesar 12 milyar rupiah lebih untuk kampanye calon presiden dari PAN, Amien Rais (Amien Rais For President). Dana tersebut akan dipakai untuk membeli sekitar 3,6 juta kaus bergambar PAN dan Amien Rais bagi keperluan kampanye legislatif dan kampanye Amien Rais sebagai calon presiden.

Tebakan : di jutaan kaos tersebut, apakah nanti juga akan diterakan alamat situs web Amien Rais/ARC (www.m-amienrais.com) itu ? Kalau tidak, apakah itu jelas menandakan bahwa PAN itu partainya warga yang “gatek”, gagap teknologi ? Siapa bisa menjawab.

Kaos bergambar logo PAN dan foto Amien Rais memang dapat dijadikan sebagai sarana beriklan. Ia adalah the walking billboard. Tetapi apabila juga tidak disertakan data alamat situs webnya The Amien Rais Center/ARC, maka pesan iklan dalam kaos tersebut menjadi minimal.

Sebab pintu penting, yaitu akses bagi masyarakat luas untuk mengenal Amien Rais secara lebih mendalam, yang secara murah disediakan oleh Internet, menjadi tertutup dan menimbulkan kerugian yang sulit diperhitungkan. Wahana yang sebenarnya membukakan peluang bagi Amien Rais untuk berdialog dengan konstituennya, jadi sia-sia. Tetapi, bagaimana sebenarnya strategi dan eksekusi dari situs ARC dewasa ini ?

Martin Levin, direktur programming pada Microsoft Network dalam diskusi “The Future of Interactive Marketing” di majalah Harvard Business Review (Nov-Des 1996), membeberkan perbedaan antara corporate web (CW) dengan marketing web (MW).

CW adalah situs web sebagai sarana untuk melayani komunikasi interaktif yang digerakkan oleh konsumen. Di situs ini misalnya tersaji data jam layanan perusahaan bersangkutan, data alamat, apa saja jenis produk dan layanannya.

Sedang MW adalah situs web yang digerakkan oleh fihak pemasar atau perusahaan. Fihak perusahaan pemilik situs itu harus secara agresif membujuk dan berusaha agar konsumen secara massif mengunjungi situs webnya, membina dialog pemasaran, hingga akhirnya terjadi penjualan. Konsekuensi dari MW sangat menantang. Apa pun bisnis Anda, begitu Anda meniatkan situs web Anda sebagai MW maka mau tidak mau Anda harus menjadi penerbit raksasa. Tujuannya agar isi situs web tersebut mampu menciptakan daya tarik sehingga membuat pengunjung hadir, betah dan tertarik untuk mengunjunginya kembali.

Dari kehadirannya selama ini, jelas situs web ARC itu barulah berstatus sebagai CW. Sehingga apabila diniatkan sebagai media kampanye calon presiden untuk seorang Amien Rais, yang tidak lain haruslah berstatus sebagai MW, masih banyak hal yang harus dipelajari oleh para pengelolanya untuk pembenahan yang revolusioner, total, dan betul-betul berguna. Tetapi satu hal yang sangat penting : sudahkah Amien Rais itu mengenal Internet ? Dari kohor, rasanya dia akan mudah digolongkan sebagai orang yang tidak mengenal, atau bahkan takut terhadap Internet. Betulkah itu ?



HARI 17 : Sabtu, 27 September 2003
Berita mengenai rencana pemberian gelar untuk Amien Rais dari Keraton Solo. Bagaimana kalau Amien Rais membalasnya dengan memberi PBXII@m-amienrais.com ?


Catatan :
Hari ini Harian Kompas memberitakan bahwa PAN akan mengumumkan calon wapres sebelum Pemilu. Juga penetapan Bambang Sudibyo sebagai manajer kampanye PAN untuk memenangkan Pemilu 2004. Juga diberitakan, Amien Rais akan memperoleh gelar dari Keraton Solo, 28/9/2003.

“Hari Kamis, 25/9, melalui mesin penelusur Google saya memasukkan data ‘Bambang Sudibyo dan Universitas Gajah Mada’, ternyata tidak saya muncul jawaban atau data yang relevan. Di situs milik Universitas Gajah Mada itu memang sepertinya tidak ada data nama-nama dosen beserta alamat e-mailnya. Hal ini berbeda bila dibandingkan dengan informasi yang saya baca dari artikel-artikel yang dikirimkan oleh Roby Muhamad lalu, di mana tiap dosen/penulis artikel yang berasal dari universitas di AS itu selalu mencantumkan alamat kampus mereka dan data e-mail masing-masing !”

“Ketika nanti Amien Rais menerima penganugerahan gelar dari Kraton Solo, apa sebaiknya yang bisa ia berikan kembali kepada raja Solo tersebut ? Kalau saya boleh usul-usil : sebaiknya Amien Rais memberikan account e-mail untuk Raja Solo, misalnya sinuhun@m-amienrais.com atau PBXII@m-amienrais.com. Alamat e-mail itu dapat diserahkan secara simbolis dalam bentuk plaket atau rompi dengan punggung bertuliskan alamat e-mail itu, sehingga menarik untuk dipotret. Ini bukankah juga kampanye yang cerdas ?”




HARI 16 : Kamis, 25 September 2003
Mengirim (lagi) surat ke Jeffrie Geovanie, kali ini melalui alamat e-mail orang kepercayaannya yang aktif di organisasi Percasi.


Catatan :
Juga mengirimkan artikel bahasan mengenai latar belakang kekejaman yang terjadi di STPDN Jatinangor ke Harian Solopos dan Harian Suara Merdeka. Hampir tengah malam, mengirim e-mail berupa artikel berjudul, “Bunuh Diri Sebagai Epidemi”, ke Harian Kompas, Jakarta.


HARI 15 : Rabu, 24 September 2003
Mengirimkan artikel “Kampanye Presiden Yang Loyo di Internet : Kasus Situs John Kerry Vs Situs Amien Rais” ke Harian Kedaulatan Rakyat, Yogyakarta.


Catatan :
Berharap artikel ini dapat dimuat dan dibaca oleh peserta temu nasional legislatif dan eksekutif Partai Amanat Nasional (PAN) yang dilangsungkan di Yogyakarta, 26-27 September 2003.

Harian Solopos (24/9/2003) menceritakan Pak Amien Rais blusukan (lagi), turun ke bawah, kali ini ke Pasar Sunggingan di Boyolali.



HARI 14 : Selasa, 23 September 2003
Mengirimkan artikel “Dicari : Situs Kampanye Presiden Yang Aspiratif” melalui e-mail ke Redaksi Tabloid PC-Plus, Jakarta.


Catatan :
Isi artikel mengenai perbedaan antara situs kandidat presiden dari Partai Demokrat AS, John F. Kerry, Senator dari Massachusetts dengan situs webnya The Amien Rais Center.



HARI 13 : Senin, 22 September 2003
Membalas e-mail kepada Roby Muhamad, mengucapkan terima kasih untuk hadiah artikel dari majalah Science yang ia kirim kepadaku.


Harian Jawapos (22/9/2003) menceritakan Amien Rais dan Hamzah Haz yang meniru Harmoko, yaitu akan mengadakan Safari Ramadhan sepanjang bulan puasa mendatang. Mampukah tim sukses kampanyenya Amien Rais mengubah para pendengar ceramahnya di Safari Ramadhan itu menjadi “carrier”, yaitu penular “virus” Amien Rais bagi masyarakat sekitar diri mereka ?


HARI 12 : Minggu, 21 September 2003
Mengirimkan surat (di bawah) kepada Bapak Drs. A. Dahlan Rais, Mhum.


Catatan :
Mereka-reka gagasan kreatif, “sebaiknyalah bila Tabloid MAR itu berisikan artikel mengenai kiat-kiat praktis dan berguna. Misalnya mengenai apa saja peluang bisnis yang terbuka menjelang dan selama Pemilu 2004 bagi usaha kecil dan menengah ?”



Wonogiri, 20 September 2003

Kepada Yth.
Bapak Drs. A. Dahlan Rais, M.Hum.
Tokoh PAN / Calon Anggota DPD
Solo


Hal : Ide Kreatif Sukseskan Strategi Media Kampanye Amien Rais Sebagai Capres 2004

Assalamu alaikum Wr. Wb.

Salam sejahtera. Sebagai simpatisan PAN saya ikut berbangga melihat nama Bapak tercantum sebagai salah calon anggota DPD di Suara Merdeka, 18/9/2003. Semoga Bapak memperoleh sukses di masa depan. Selain itu, saya mohon maaf, bersama surat ini saya ingin iuran usulan bagi keluarga besar PAN dalam rangka ikut mensukseskan program Bapak Amien Rais dalam Pemilu 2004 mendatang. Usulan saya menyangkut dua sarana/media kampanye Pak Amien, yaitu (1) Tabloid MAR dan (2) situs web ARC.

Menurut saya, Tabloid MAR harus dipoles agar memenuhi syarat ideal sebagai media kampanye. Sebab penyajiannya saat ini masih amatiran, tidak menarik, tidak enak dibaca. Sehingga sulit maksimal sebagai alat kampanye yang seharusnya tampil menarik dan mampu mempersuasi pembacanya. Maaf, sekadar contoh, seperti dua tulisan Pak Amien Rais di Tabloid MAR No. 2. Tulisan beliau itu cocoknya dimuat di jurnal ilmiah kampus. Sehingga saat dipaksakan muncul di Tabloid MAR, tanpa dimodifikasi oleh redaksi, jelas mengakibatkannya menjadi bacaan yang tidak mencocoki bagi pembaca tabloid. Dari contoh itu dan agar misinya sebagai media kampanye berpeluang sukses, maka menurut saya, Tabloid MAR itu sebaiknya mengalami revisi besar-besaran !

Begawan marketing dari Lembah Silikon, Reggis McKenna, dalam bukunya Real Time, menyebutkan bahwa masa kini semua aktivitas promosi dan pemasaran (kampanye = promosi dan pemasaran, bukan ?) haruslah dikemas sebagai entertainment. Merujuk hal penting itu, sebaiknyalah Tabloid MAR dimodifikasi menjadi sebagaimana layaknya tabloid hiburan. Kuncinya, menurut saya, antara lain bisa mengadopsi sajian majalah People (AS). Isi utama People adalah tentang orang, orang dan orang. Sebab info tentang orang itu memang menarik !

Bagaimana sosok Amien Rais sebaiknya di-tabloid-kan ? Pak Amien itu priyayi hebat. Beliau mampu jadi sumber bahan tulisan dan perbincangan menarik yang bakal tidak ada habisnya. Sayangnya, isi Tabloid MAR dan situs ARC (www.m-amienrais.com) malah mengesankan betapa redaksinya selalu berada jauh, sulit menjangkau, belum akrab dan kesulitan akses untuk gaul demi menggali modal intelektual Pak Amien dari yang bersangkutan. Bahkan banyak isi tabloid/situsnya hanya menyontek berita-berita basi dari sumber Antara atau media lain untuk tulisan tentang Pak Amien Rais.

Kesan negatif yang lain, Tabloid MAR itu malah mirip majalahnya gubernuran atau kabupaten. Fotonya melulu kegiatan seremonial di mana Pak Gub/Pak Bup dan istri meresmikan ini dan itu, di foto selalu tidak nampak berada di tengah rakyatnya, dan artikelnya pun seperti tabu memuat tulisan kritik (seperti diusulkan Farid Faqih dan Wardah Hafidz) terhadap tokoh sentralnya itu.

Tabloid MAR harus segera berubah. Usul saya, dalam setiap edisi tampilkan visi dan pemikiran Pak Amien menyangkut isu aktual dan harus populis. Ditulis secara komprehensif, enak dibaca, penuh human interest, sokur kalau ada hal-hal berbau kontroversi (ini menarik bagi pembaca !) dan terutama sekali, harus menghibur. Yang paling penting, bagaimana isi tabloid itu bisa menjadi bahan obrolan para pembacanya.

Misal, di bulan Oktober 2003 nanti akan ada Konggres PSSI. Pak Amien pernah bicara mengenai masa depan sepakbola Indonesia di saat-saat menjelang final Piala Dunia 2002, pernah mengatakan mendukung Sumaryoto (tetangga saya di Wonogiri) untuk jadi Ketua PSSI, dan beliau pun mendukung tim PSS Yogyakarta. Semua materi itu bisa jadi bahan tulisan yang bersifat populis. Mungkin juga dapat disajikan tulisan dan aneka pendapat yang mengkritik Pak Amien sebagai orang yang tak tahu sepakbola, tetapi hal itu tetap banyak nilai positifnya dan tidak mengganggu citra Pak Amien pribadi.

Ngomongin sepakbola, semoga Pak Amien belum lupa. Pada tahun 1998 di tengah acara malam tablig akbar di Mesjid Besar Solo (paginya saya juga ikut menyimak orasi beliau di PMS), saat-saat eforia reformasi masih meluap, saya pribadi pernah berkampanye dengan memberikan kaos pemain bola kepada Pak Amien. Kaos itu punggungnya bernomor “10” dan tulisan “AMIEN RAIS”. Saat memberikan kepada beliau, saya katakan : “Ini kaos untuk kapten gerakan reformasi damai”. Saat Pak Amien mengulangi kata-kata saya itu di depan pengeras suara, maka lautan umat yang audiens tablig akbar itu pun menyambut dengan gemuruh. Sementara itu sebelum Pemilu 1999, saya merancang poster berisi teks Deklarasi PAN. Poster itu ada 10 buah yang dibeli Pak Muchson Burhani, ditandatangani Pak Amien dan dijadikan sebagai perangkat upacara Deklarasi PAN se-eks Karesidenan Surakarta di GOR Manahan saat itu.

Kembali ke topik isi Tabloid MAR. Misalnya, menjelang perayaan Imlek 2004, bisa ditulis pandangan Pak Amien mengenai etnis Tionghoa di Indonesia dengan segenap problem kontemporer mereka. Topik menarik lainnya, Pak Amien dan calon wapres yang TNI. Silakan sambung sendiri topik-topik lainnya. Penyajiannya dapat meniru cara penulisan profil pemain sepakbola top pada majalah sepakbola terkenal dunia. Uniknya, penulisannya itu justru tidak melibatkan wartawan majalah bersangkutan. Tetapi isinya hebat, menarik, enak dibaca, personal, dan (ini amat penting !) banyak fihak berpeluang diubah jadi carrier untuk berkampanye secara word of mouth menyebarkan “virus” Amien Rais kepada lingkungannya. Majalah ini sukses mengadopsi budaya Internet untuk media berbasis cetak. Detilnya akan saya beberkan kemudian.

Sekarang, saya ingin menyoal tampilan situs web ARC yang saat ini juga menjadi media kampanye Bapak Amien Rais.

Apakah Internet itu benar-benar efektif sebagai media kampanye pemilu ? “Absolutely !”, tegas Gus Pace, pakar yang membangun jaringan online 70 politisi Partai Republik AS. ”It can be”, tambah David Lytel, mantan pengelola situs web White House dan kini mengelola situs Democrats Online. (Silakan baca “Parties on the Net”, Time Digital, 11/11/1996 : hal. 13). Memang Pak Amien Rais dengan memiliki situs web Amien Rais (SWAR) telah menandakan beliau sudah berada di jalur benar dalam berkampanye memakai Internet. Sayang, situs web ARC itu masih dikelola dengan minus pemahaman secara serius dan komprehensif mengenai kedahsyatan media Internet itu sendiri.

David Lytel menyatakan, Internet “can be an extremely effective place for voters to articulate and organize their concerns and share them with one another. Online community organizing is what the Internet makes newly possible. Think of its as electronically enhanced word of mouth, rather than an extension of a campaign’s paid advertising”.

Apakah situs web resmi (partai) di Internet memadai sebagai sarana kampanye ? David Lytel menjawab, “No, and they can never be……People rely as much on journalism and word of mouth to decide how to vote. Citizen-to-citizen communication is most effective at changing people’s minds, and the Internet is good for that”.

Merujuk pendapat para ahli di atas, menurut saya, SWAR saat ini masih sangat jauh dari memenuhi kriteria sebagai media kampanye berbasis Internet yang andal. David Lytel membahas kedahsyatan Internet dalam bingkai context (konteks), tetapi SWAR baru hadir berkutat soal content (isi). Sehingga SWAR itu nampak “primitif”, filosofinya masih sebagai old media yang berbasis atom (kertas). Eksekusinya pun masih seperti mengelola koran, media cetak, walau sudah secara elektronik. SWAR belum mengeksplorasi karakter unggulan media elektronik berbasis bits atau digital. Redaksinya nampak kuat berasumsi bahwa surfer melongoki situs ARC semata untuk membaca info-info terbaru seputar Pak Amien Rais. Itu asumsi keliru dan justru menyerimpung kesaktian Internet. Sebab seperti tutur David Lytel di atas, situs web kampanye seharusnya digagas menjadi wahana bagi masyarakat maya, online community, sehingga warganya mudah saling curhat atau ngerumpi satu sama lainnya. Dalam komunikasi antarwarga inilah Internet tampil sebagai sarana paling efektif untuk mengubah people’s minds, dan bukankah ini pula esensi kegiatan kampanye ?

Tabloid MAR dan SWAR harus bersinergi, tetapi pertama kali haruslah berubah. Professor dan “nabi” digital dari MIT, Nicholas Negroponte, bilang bahwa Internet adalah gempa bumi dahsyat 10,5 skala Richter yang mengguncang perubahan ekonomi. Sebesar itu pula perubahan yang sebaiknya dilakukan agar kedua media kampanye PAN ini menjadi sarana andal dan berpeluang besar berhasil dalam menunjang program Bapak Amien Rais sebagai Presiden Republik Indonesia di tahun 2004 mendatang.

Terima kasih untuk atensi Pak Dahlan terhadap obrolan dan usul-usil ini. Saya mohon maaf yang sebesar-besarnya apabila ada kesalahan. Saya bersedia berdiskusi, apabila memang diperlukan. Semoga obrolan ini bermanfaat bagi Keluarga Besar PAN !

Wassalamu alaikum Wr. Wb.

Hormat saya,


Bambang Haryanto
Konsultan komunikasi. Penulis buku Hari-Hari Sepakbola Indonesia Mati (kini dalam proses pertimbangan penerbit). Pemegang Rekor MURI sebagai Pencetus Hari Suporter Nasional 12 Juli. Sekjen Asosiasi Suporter Sepakbola Indonesia (ASSI). Alumnus UI.
E-mail : humorline (at) hotmail.com, humorline (at)plasa.com



HARI 11 : Sabtu, 20 September 2003
Mendapat balasan e-mail dari Roby Muhamad (kandidat doktor Sosiologi dari Columbia University ) dari New York


Catatan :
E-mail yang aku kirimkan kepada kenalan baru, Roby Muhamad, hari Kamis lalu, mendapatkan balasan. Bahkan secara simpatik aku diberi file artikel yang ia tulis bersama professornya di majalah Science dan dua artikel bagus lainnya mengenai topik ilmu jaringan.

Sejarawan Daniel J. Boorstin pernah bilang, teknologi baru selalu mendekatkan yang jauh dengan kita dan menjauhkan yang dekat dari kita. Bukankah itu pula yang aku temui ? Mengirim e-mail dari Wonogiri ke New York yang berjarak ribuan kilometre ternyata lebih cepat memperoleh respons ketimbang kirim e-mail dan surat dari Wonogiri ke Jakarta atau mengirimkan surat dari Wonogiri ke Solo !

Melalui harian Suara Merdeka aku menemukan data Bapak Drs. A. Dahlan Rais, Mhum, telah terdaftar sebagai salah satu calon DPD. Beliau itu adalah adik dari Bapak Amien Rais. Aku mencatat data alamatnya. Coba lagi, coba lagi nanti !

Harian Solopos memuat berita bahwa DPC PAN Laweyan, seperti diungkapkan oleh Ketuanya, Zainal Arifin, yang juga Ketua Fraksi PAN DPRD Solo, menyelenggarakan bakti masyarakat dengan menyediakan kartu berobat gratis.


HARI 10 : Jumat, 19 September 2003
Surat kepada Jeffrie Geovanie dari The Amien Rais Center/ARC Jakarta.


Hal : Mengomentari artikel yang ia tulis dan hal ihwal isi Tabloid MAR yang tidak menarik sebagai media kampanye. Dikirim via pos, Jumat 19/9/2003, di bis surat Rama : 13.00

Catatan :
Harian Solopos memuat iklan yang berisikan pelbagai unsur masyarakat Solo yang mengucapkan selamat hari ulang tahun kepada surat kabar bersangkutan. Dalam kolom-kolom pengucap itu tercantum Fraksi PAN DPRD Kota Surakarta, DPC PAN Pasar Kliwon, dan yang menarik dari organisasi yang menyebut dirinya sebagai PARAS, Pendukung Amien Rais Sejati.

Sayang sekali, dalam ketiga iklan itu tidak disertakan data alamat kontaknya. Misalnya data nomor telepon atau e-mailnya. Jadi sepertinya iklan itu rugi dipasang. Iklan tanpa disertai data penting untuk menggalang kontak ibarat iklan yang “mati”, karena tidak memberikan akses untuk terbukanya dialog atau kontak yang tentunya bakal menguntungkan bagi si pemasang iklan bersangkutan.



Wonogiri, 19 September 2003

Kepada Yth.
Bapak Jeffry Geovanie
Peneliti The Amien Rais Center
Di Jakarta


Dengan hormat,

Salam sejahtera. Tulisan Anda di Tabloid MAR No.2 mengenai legenda catur dunia, Anatoly Karpov, sangat menarik. Selain riwayat pribadinya yang dapat dijadikan inspirasi bagi banyak orang, ada satu hal yang tidak kalah pentingnya adalah bagaimana cara Anda menyajikannya secara menarik dalam tulisan. Anda seharusnya jadi teladan bagi semua pengelola Tabloid MAR tersebut !

Hal terakhir ini penting saya sampaikan, karena, mohon maaf, tulisan lain dalam Tabloid MAR itu (juga edisi No.1), menurut saya, masih jauh dari memenuhi syarat untuk disuguhkan di media cetak. Apalagi media tersebut diniatkan sebagai media kampanye yang seharusnya sarat daya tarik dan persuasi. Kalau dibaca saja tidak enak, tidak menarik, bagaimana ia mampu mempersuasi ? Maaf, seperti dua tulisan Pak Amien Rais di MAR No. 2 yang tidak dimodifikasi oleh redaksi, jelas mengakibatkannya hanya menjadi artikel yang sungguh tidak menarik. Hemat saya, agar misinya sukses, tabloid MAR itu harus pagi-pagi mengalami revolusi !

Begawan pemasaran dari Lembah Silikon, Reggis McKenna, dalam Real Time, antara lain menyebutkan bahwa di masa kini semua aktivitas pemasaran dan promosi haruslah dikemas sebagai entertainment, hiburan. Merujuk hal itu dan agar misi Tabloid MAR sukses, sebaiknyalah bila Tabloid MAR juga dimodifikasi sebagaimana layaknya sajian tabloid hiburan. Kuncinya, menurut saya, harus terlebih dulu mengadopsi ciri majalah People. Isi utama People adalah tentang orang, orang dan orang. Sebab info tentang orang itu menarik !

Bagaimana sosok Amien Rais sebaiknya di-tabloid-kan ? Pak Amien itu orang hebat. Ia mampu menjadi sumber informasi dan pemikiran yang bakal tidak habis dijadikan bahan tulisan dan perbincangan. Sayang, isi MAR dan situsnya (www.m-amienrais.com) selama ini justru mengesankan betapa redaksinya seperti berada jauh, sulit menjangkau dan kesulitan akses dalam menggali kisah seputar Pak Amien dari yang bersangkutan. Malahan banyak isi tabloid/situsnya hanya mereproduksi berita-berita basi (!) dari sumber Antara atau media lain, untuk materi tulisan tentang Amien Rais. Kesannya pun jadi mirip majalah kantor gubernur atau kabupaten. Isinya melulu kegiatan Pak Gub/Pak Bup beserta istri meresmikan ini dan itu, dan di foto selalu tidak nampak di tengah rakyatnya, dan juga tabu memuat tulisan kritik (seperti usulan Wardah Hafidz) terhadap tokoh sentralnya itu.

Tabloid MAR harus berubah. Dalam setiap edisi tampilkan visi dan pemikiran Pak Amien yang menyangkut isu aktual dan harus populis. Ditulis secara komprehensif, enak dibaca, penuh human interest, sokur kalau ada hal-hal berbau kontroversi (ini menarik bagi pembaca !) dan terutama sekali, harus menghibur. Dengan pendekatan semacam ini maka pembaca awam bisa mengidentifikasikan diri mereka, bahwa problem yang dihadapi oleh Pak Amien itu tidak beda jauh dengan mereka. Seperti saat kita menonton sitkom The Cosby Show di televisi. Yang paling penting, bagaimana isi tabloid itu bisa menjadi bahan obrolan antarmereka !

Misal, di bulan Oktober 2003 nanti akan ada Konggres PSSI. Pak Amien pernah bicara mengenai masa depan sepakbola Indonesia di saat-saat menjelang final Piala Dunia 2002, pernah mengatakan mendukung Sumaryoto (tetangga saya di Wonogiri) untuk jadi Ketua PSSI, dan beliau pun mendukung tim PSS Yogyakarta. Semua materi itu bisa jadi bahan tulisan yang bersifat populis. Mungkin juga dapat disajikan tulisan dan aneka pendapat yang mengkritik Pak Amien sebagai orang yang tak tahu sepakbola, tetapi hal itu tetap banyak nilai positifnya.

Semoga Pak Amien belum lupa, pada tahun 1998 di tengah acara Tablig Akbar di Mesjid Besar Solo, ketika eforia reformasi masih meluap, saya pribadi pernah memberikan kaos pemain bola kepada Pak Amien. Kaos itu punggungnya bertuliskan nomor “10” dan tulisan “AMIEN RAIS”. Saat memberikan kepada beliau, di tengah lautan umat peserta tablig akbar itu , saya katakan : “Ini kaos untuk kapten gerakan reformasi”. Saat Pak Amien kemudian mengulangi kata-kata saya itu di depan pengeras suara, maka audiens pun menyambut dengan gemuruh.

Kemudian, misalnya, menjelang perayaan Imlek 2004 bisa ditulis pandangan Pak Amien mengenai etnis Tionghoa dengan segenap problem kontemporer mereka. Topik menarik lainnya, Pak Amien dan calon wapres yang TNI. Silakan sambung sendiri. Penyajiannya dapat meniru cara penulisan profil seorang pemain sepakbola dalam majalah sepakbola terkenal dunia. Uniknya, penulisannya justru tidak melibatkan wartawan majalah bersangkutan. Tetapi isinya hebat, menarik, enak dibaca, personal, dan (ini amat penting !) banyak fihak berpeluang diubah menjadi “carrier” untuk berkampanye demi menularkan “virus Amien Rais” kepada lingkungannya. Majalah ini benar-benar sukses mengadopsi budaya Internet untuk media berbasis cetak. Detilnya akan saya beberkan kemudian.


Sekian dulu kontak saya. Semoga usul-usil ini bermanfaat. Sukses untuk Pak Jeffry, bersama Percasi-nya, dan saya tunggu tulisan Anda berikutnya (juga di Kompas). Terima kasih untuk atensi Pak Jeffry terhadap obrolan dan usul-usil ini.


Hormat saya,



Bambang Haryanto
Konsultan komunikasi.
Penulis buku Hari-Hari Sepakbola Indonesia Mati (kini dalam proses pertimbangan penerbit). Pemegang Rekor MURI sebagai Pencetus Hari Suporter Nasional 12 Juli.
Sekjen Asosiasi Suporter Sepakbola Indonesia (ASSI). Alumnus UI.
E-mail : humorline (at) hotmail.com dan humorline (at) plasa.com

P.S. Beberapa hari lalu saya kirimkan fax ke ARC, mengajukan gagasan ARC sebagai penerbit naskah buku saya, sebagai salah satu venues kampanye Pak Amien Rais menjelang Konggres PSSI (19-21 Oktober 2003). Isi surat terlampir. Proposal, daftar isi buku dan pendapat-pendapat seputar isi buku itu silakan simak dalam weblog saya, http://suporter.blogspot.com. Oh ya, penulisan alamat e-mail Tabloid MAR yang redaksi@www.m-amienrais.com itu tidak lajim. Seharusnya tanpa “www”. Repotnya lagi, tanpa “www”-pun, selama ini e-mail Tabloid MAR dan situsnya sulit ditembus ! Sepertinya over-quota. Situs web tanpa e-mail, sama dengan orang menderita invalid berat. “If a website has no feedback mechanism, forget it !”, tulis Mandel dan Van der Leun dalam bukunya Rules of the Net (1996).


LAMPIRAN :

Wonogiri, 15 Agustus 2003

Kepada Yth.
Bapak Direktur Eksekutif The Amien Rais Center
Di Jakarta


Dengan hormat,

Bapak Amien Rais sebagai suporter PSS Yogyakarta adalah satu﷓satunya calon presiden yang aktif berbicara tentang sepakbola Indonesia. Merujuk hal itu, saya sebagai simpatisan PAN dan suporter sepakbola Pasoepati dari Solo yang tergiur misi The Amien Rais Center (ARC) yang seperti kata Alvin Lie (Jawa Pos, 26/2/2003) sebagai lembaga untuk mengaktualisasikan berbagai program demi kesejahteraan rakyat, bersama ini saya ingin mengajukan gagasan revolusioner untuk pabrik ide dan think tank﷓nya PAN ini.

Saya saat ini menjabat sebagai Sekjen Asosiasi Suporter Sepakbola Indonesia (ASSI) dan menulis naskah buku Hari﷓Hari Sepakbola Indonesia Mati. Sebagai sarana elegan berkampanye, demi upaya merangkul ribuan suporter sepakbola Indonesia, beranikah ARC menerbitkan buku saya tersebut ? Apalagi, bila buku itu bisa terbit awal Oktober 2003, maka buku tersebut bisa nimbrung dan mewarnai atmosfir berlangsungnya Konggres PSSI saat itu. Buku itu pun dapat dijual di arena konggres PSSI tersebut yang dihadiri wakil﷓wakil dari Komda PSSI dari seluruh Indonesia. Apalagi, liputan pers pasti sangat gencar dan intensif menyoroti konggres organisasi olahraga yang paling banyak penggemarnya itu. Bukankah momen "panas" ini bisa menjadi arena ampuh mengkampanyekan sosok dan visi Pak Amien sebagai Capres tentang masa depan sepakbola Indonesia untuk komunitas inti sepakbola Indonesia secara tepat sasaran ?

Dalam buku saya ini memang ada artikel menyangkut Pak Amien Rais. Yaitu tentang peristiwa di tahun 1998, saat saya menyerahkan kaos pemain bola dengan punggung tertulis '10" dan "AMIEN RAIS" untuk Pak Amien di Acara Tablig Akbar di Masjid Besar Solo, tetapi juga ada kritik saya atas pendapat Pak Amien bahwa Indonesia akan ikut Piala Dunia 2006. Semoga satu kritik ini bukan hal yang mengganggu. Sebab di buku tersebut Pak Amien dan ARC masih terbuka luas peluang berkampanye secara cerdas, elegan, nalar dan halus, dengan menulis kata pengantar dalam buku ini. Lewat tulisan itu, saya yakin, Pak Amien sebagai Capres diharapkan dapat membeberkan visi gemilang tentang sepakbola Indonesia masa depan, dan mencantol ke dalam benak, diterima ribuan pembaca warga komunitas sepakbola Indonesia dengan resistensi minimal.

Beranikah ARC menyambar secara cepat sodoran ide liar ini ? Proposal buku, daftar isi dan pendapat suporter Indonesia dari pelbagai kota untuk buku ini dapat Anda simak di situs weblog saya, http://suporter.blogspot.com. Mohon maaf, sebenarya surat dan proposal telah berkali﷓kali saya coba kirim lewat e﷓mail ke redaksi@m﷓amienrais.com, tetapi selalu mental karena kotak surat elektronik Anda over﷓quota. Saya menunggu nasehat dan kontak lanjutan segera dari Anda. Terima kasih untuk atensi Bapak.



Hormat saya,



Bambang Haryanto
E﷓mail:
humorline (at)hotmail.com,
humorline (at)plasa.com



HARI 9 : Kamis, 18 September 2003
Mengirimkan e-mail ke buku tamu dari situs web PAN tidak resmi.


Hal : Isi e-mail tetap berupa tinjauan kritis mengenai Tabloid MAR, situs web The Amien Rais Center/ARC (www.m-amienrais.center) dan gagasan kampanye di ARC dengan menyelenggarkan layanan outplacement counselling bagi korban PHK, dengan mengambil kasus kemelut di PT Dirgantara Indonesia.


Catatan :
Situs web PAN tidak resmi tersebut tergabung dalam gugusan situs Geocities. Silakan Anda pakai mesin penelusur Google, ketik “partai amanat nasional”, maka Anda akan ketemu situs PAN tak resmi ini. E-mail pengelolanya : aqoeadi@hotmail.com. Ternyata warga PAN yang memanfaatkan Internet, masih minim. Situs web DPW PAN Yogyakarta, hanya tinggal logonya saja. Berarti eksistensinya sudah “tewas” di dunia maya.

Aku juga kirim e-mail ke Roby Muhamad (Dept. Sociology – Columbia University, New York, AS), memuji artikelnya di Kompas. Aku menanyakan apakah paper dia dkk. yang dimuat di majalah Science itu menemukan relevansi ‘hubs” seperti halnya kajian Stanley Milgram tentang fenomena dunia kecil yang dilakukan pada tahun 1960-an itu.

Aku juga kirim e-mail ke adikku yang berada di Jakarta, seorang wartawan, siapa tahu ia mengetahui alamat e-mail dari Jeffrie Geovanie, tokoh dari The Amien Rais Center.

Artikel menarik hari ini, tulisan Rizal Mallarangeng, “Bush Goyah, Pelajaran buat Mega” (Kompas, 18/9/2003 : hal. 4-5). Disinggung pula seorang jenius ahli kampanye George W. Bush, bernama Karl Rove. Suatu saat, aku ingin mengkaji siapa tokoh Karl Rove ini.


HARI 8 : Rabu, 17 September 2003
E-mail untuk Cak Nur, Prof. DR. Nurcholish Madjid via situs Universitas Paramadina.


Catatan :
Aku mengirimkan usul-usil mengenai strategi media kampanye yang sama, kini juga melalui e-mail, tetapi ke Universitas Paramadina, Jakarta. Aku tujukan untuk rektornya yang juga selaku calon presiden.



Wonogiri, 17 September 2003

Kepada Yth.
Bapak Prof. DR. Nurcholish Madjid
Rektor Universitas Paramadina
Selaku Calon Presiden Republik Indonesia
Di Jakarta


Dengan hormat,

“Betul Cak Nur dan Sultan HB X mengunggulli Megawati. Mereka laku dijual . Tetapi realpolitik menunjukkan, Cak Nur tidak memiliki kendaraan politik yang tangguh setelah mundur dari konvensi Partai Golkar. Koalisi partai-partai kecil memang suatu alternatif meski harus ditunjang kerja ekstra dari tim sukses Cak Nur”, demikian tulis Sukardi Rinakit, Ph.D, Ketua Departemen Politik Soegeng Sarjadi Syndicated, di Kompas (12/9/2003) yang lalu.

Saya sebagai salah satu warga non-partisan (di Pemilu 1999 memilih PAN karena pertimbangan “fresh”-nya), bersama ini ikut pula mendukung Cak Nur agar maju terus sebagai calon presiden. Sebagai bentuk dukungan, walau kecil-kecilan, bersama ini saya ikut urun rembug dengan mengajukan usul-usil semoga makin bisa memperkuat strategi media kampanye Cak Nur mendatang. Yaitu terutama bagaimana agar Cak Nur mampu menjadi “virus” yang menjelma sebagai epidemi sosial untuk menulari benak calon pemilih di seluruh Indonesia . Penjelasan yang lebih rinci saya sertakan di bawah ini.

Semoga usul-usil ini bermanfaat. Terima kasih untuk atensi Bapak.

Hormat saya,

Bambang Haryanto
Pemegang Rekor MURI sebagai Pencetus Hari Suporter Nasional 12 Juli
E-mail : humorline (at) hotmail.com, humorline(at)plasa.com





STRATEGI MEDIA KAMPANYE NURCHOLISH MADJID
USULAN KREATIF DAN REVOLUSIONER
MENGUBAH “CAK NUR” SEBAGAI
OBYEK HIBURAN DAN VIRUS EPIDEMI SOSIAL

Oleh : Bambang Haryanto
humorline (at) hotmail.com
humorline (at) plasa.com




HIBURAN ! HIBURAN ! HIBURAN !

Apakah dalam berkampanye nanti tim sukses Cak Nur juga akan menerbitkan tabloid kampanye, seperti halnya tim sukses Pak Amien Rais menerbitkan Tabloid MAR ? Kalau “ya”, saya ingin memberikan usulan : jangan meniru gaya penerbitan Tabloid MAR tersebut. Sebab kalau saja ada derajat daya tarik media, semisal antara angka 0 sampai 10, maka bagi saya Harian Kompas itu berada di derajat 7, harian Republika pada derajat 5, surat kabar AS USA Today di derajat 8, International Herald Tribune di derajat 8 pula, maka tabloid kampanyenya Pak Amien Rais, Tabloid MAR itu, baru berada pada derajat rada jauh di bawah Republika.

Sebab menurut hemat saya, Tabloid MAR sebagai media kampanye belum menomorsatukan daya tarik keterbacaannya (readable) untuk khalayak umum yang luas. Kalau tidak mampu “meluas”, berarti terkendala sebagai media kampanye yang baik, bukan ? Tabloid MAR tersebut juga belum mampu mengeksploitasi segi-segi menarik dari Pak Amien Rais dan tokoh PAN populer lainnya secara kreatif, cerdas, dan menghibur. Kalau saja suatu saat nanti Tim Sukses Cak Nur ingin membuat tabloid, usul saya, jadikan Tabloid MAR sebagai benchmark yang harus tidak ditiru dan diulangi lagi. Untuk bisa tampil lebih baik, maka ada beberapa usulan di bawah ini :

Usulan pertama saya adalah, silakan tim sukses media Anda terlebih dulu membaca buku Real Time karya begawan pemasaran dari Lembah Silikon, Reggis McKenna. Di situ antara lain disebutkan, bahwa masa kini semua aktivitas pemasaran dan promosi haruslah dikemas sebagai entertainment, hiburan. Oleh karena itu agar misi tabloid kampanye sukses, sebaiknyalah bila tabloid itu mampu tampil sebagaimana layaknya tabloid hiburan. Artikelnya pendek-pendek, seperti sajian kolom “Nama & Peristiwa” di halaman 12 Harian Kompas.

Selanjutnya, silakan baca pula bukunya Thomas Davenport, The Attention Economy (terbitan Harvard). Terungkap dalam buku itu bahwa perang hebat yang terjadi masa kini adalah perang memperebutkan harta karun manusia yang paling berharga, yaitu atensi atau perhatian. Mengapa Elvis Presley yang sudah lama meninggal tapi lagu-lagunya masih menghasilkan uang jutaan dollar sampai kini, itulah mukjijat ekonomi atensi. Silakan belajar serius bagaimana seorang Ilham Bintang, juragan infotainment di pelbagai televisi swasta, yang secara julig mengolah hal-hal remeh dan temeh dari para selebritis tetapi disukai oleh masyarakat luas – baik tersaji di media elektronik atau pun media cetak. Ilham Bintang sukses jualan atensi dengan menukarkan bola mata (eyeball = penonton) yang berhasil ia himpun dengan duit yang dikeluarkan oleh para pengiklan dalam acaranya.

Buku penting lainnya, adalah karya salah satu ahli gerilya pemasaran, Seth Godin. Judulnya, Unleashing The IdeaVirus. Tertulis di sampulnya, “Stop marketing AT people ! Turn your ideas into epidemics by helping your customers do the marketing for you”. Untuk info penunjang, silakan baca artikelnya kandidat doktor Departemen Sosiologi Universitas Columbia New York AS, Roby Muhamad, berjudul “Ilmu Jaringan : Ketika Fisika dan Sosiologi Bertemu” (Kompas, 5 September 2003 : hal. 51) dan profilnya (Kompas,11 September 2003 : hal. 12 ). Dalam tulisannya yang brilyan itu antara lain dipertanyakan : bagaimana penyakit menular menyebar menjadi epidemik ? Bagaimana ide atau tren budaya menyebar ? Alangkah dahsyatnya apabila ilmu jaringan ini bisa diaplikasikan dalam strategi kampanye Cak Nur dalam waktu dekat ini.

Sekadar contoh, di bawah ini terdapat analogi dari kiprah kampanyenya Pak Amien Rais akhir-akhir ini di Solo dan sekitarnya, yang berpeluang untuk dijadikan “virus” epidemi sosial yang menyebar.

Pak Amien Rais sangat gencar turun ke bawah. Ikut sepeda santai, blusukan ke pasar, atau bertemu para tukang becak. Pendekatan populis yang bagus. Tetapi tim sukses kampanye Pak Amien selama ini nampak belum menggagas strategi lanjutannya agar siapa saja yang pernah bersinggungan dengan Pak Amien didorong, dipersuasi dan diberi sarana agar dirinya mampu bertransformasi menjadi “carrier” atau “agen penular virus” sosok Amien Rais bagi masyarakat di sekitar hidup mereka, baik lingkungan sekasur, sedapur, sokur-sokur kalau bisa sesumur (baca : istri, keluarga dan lingkungan RT. Ini minjam strategi kampanyenya Golkar di era Orde Baru dulu).

Modus operandinya, ini sekadar satu contoh aksi, yang sederhana : semisal pak becak yang pernah foto bersama Pak Amien Rais, saat itu pula diusahakan (oleh tim sukses kampanye Pak Amien, misal dengan sarana kamera digital Canon Power Shot A 60 dan Canon Direct Printer CP-200 yang mampu memotret dan mencetak langsung di tempat) hingga pak becak tadi dapat memiliki foto peristiwa tersebut seketika itu pula. Foto itu lalu bisa diberi tanda tangan Pak Amien, sehingga nantinya bisa dipajang di rumah pak becak tadi.

Jadi pak becak tersebut tidak hanya punya kaos bergambar Pak Amien saja. Kaos memang bisa jadi the walking billboard, tetapi terbatas untuk dijadikan bahan cerita atau obrolan “kampanye” yang menarik. Sebaliknya, foto tadi otomatis mampu menjadi bahan cerita/obrolan dirinya dengan kalangan keluarga, tetangga, sesama tukang becak dan seterusnya. Apalagi, di pemilihan presiden nanti juga memilih foto, kan ? Jadi pak becak tadi otomatis bertransformasi menjadi juru kampanyenya Pak Amien secara gethok tular (word of mouth) dengan sentuhan personal. Sebaiknya lagi, kalau tim sukses Pak Amien itu mau menulis surat/kartu (thank you note) susulan untuk pak becak tadi, sebagai reminder agar pak becak tadi terus melanjutkan kampanyenya lagi.

Langkah di atas itu barulah permulaan. Teknologi informasi kemudian harus dimanfaatkan sebagai pengeras suara momen tadi. Caranya : foto yang sama tadi harus ditempel di kantor kampanye PAN setempat, penerimanya diupayakan jadi bahan “gunjingan” (positif) di radio-radio swasta lokal dan foto itu juga dimuat dalam kolom “Kronik”-nya (kolom album foto) pada Tabloid MAR. Pak becak tadi gara-gara bersinggungan dengan Pak Amien kita ubah menjadi bintang kecil, micro star, istilah dari komunitas gaul di Internet.

Tetapi kalau hanya sampai di sini, maka roh peristiwa tadi akan “mati”. Maka dengan memberi bingkai (frame) karton pada foto berisi teks kampanye Pak Amien Rais, lalu diberi pula teks teaser yang memberitahukan bahwa foto itu akan pula dimunculkan di situs webnya Amien Rais.

Kemudian keberadaannya di media digital/Internet itu lalu “diolah” menjadi acara hiburan interaktif sebagaimana karakter khas media Internet (detil program itu bisa saya sampaikan nanti), sehingga foto itu diusahakan terus “hidup” dan menarik perbincangan peminat lainnya, terutama ditujukan kepada generasi muda yang (melek Internet) dan tinggal dan secara pribadi mengenal sosok pak becak tadi.

Demikianlah, pada akhirnya dari adegan peristiwa sederhana tadi berpeluang berubah menjadi fenomena bola-bola salju yang menggelinding, “turn your relationships into epidemics by helping your constituent do the marketing for you”.


Kalau strategi di atas bisa aplikasikan oleh tim sukses Cak Nur dan berhubung Cak Nur nanti akan semakin sering berinteraksi dengan aneka khalayak, maka pasti dimungkinkan semakin banyak pula “bola-bola salju” yang dapat digulirkan, sehingga tak terasa nanti Cak Nur mampu menjadi “virus” yang menginvasi dan menghuni benak banyak orang, dan akhirnya mampu tuntas “mengepung” Indonesia !

Merujuk teori bola salju di atas maka pendekatan tabloid kampanyenya harus mampu menjadi sarang isu seputar Cak Nur, platform, dan tokoh-tokoh pendukungnya. Tabloid itu harus berubah menjadi semacam “kantor berita”, dan bukan hanya tabloid semata. Kuncinya, menurut saya, tabloid ini harus terlebih dulu mengadopsi ciri majalah People. Isi utama People adalah tentang orang, orang dan orang. Sebab info tentang orang itu lebih menarik dan mudah untuk bisa ditularkan kepada orang lain. Bagaimana sosok orang bernama Nurcholish Madjid dapat ditampilkan ? Cak Nur itu orang hebat. Ia mampu menjadi sumber informasi dan pemikiran yang bakal tidak habis untuk menjadi bahan tulisan dan perbincangan.


Usul-usil saya antara lain : setiap edisi tabloid itu ditampilkan visi dan pemikiran Cak Nur yang menyangkut isu aktual tertentu yang pantas disebarluaskan kepada khalayak luas. Ditulis secara komprehensif, enak dibaca, penuh pendekatan human interest, sokur kalau ada hal-hal berbau kontroversi (ini menarik bagi pembaca !) dan harus menghibur. Dengan pendekatan semacam ini maka pembaca awam bisa mengidentifikasikan diri mereka, bahwa problem yang dihadapi Cak Nur itu tidak beda dengan mereka. Seperti saat kita menonton sitkom The Cosby Show di televisi. Yang paling penting, bagaimana isi tabloid itu bisa menjadi bahan obrolan antarmereka !


Misal, di bulan Oktober 2003 nanti akan ada Konggres PSSI. Cak Nur dapat berbicara mengenai masa depan sepakbola Indonesia. Kemudian, isu lainnya, misalnya, menjelang perayaan Imlek 2004 bisa ditulis tentang pandangan Cak Nur mengenai etnis Tionghoa dengan segenap problem kontemporer mereka. Topik menarik lainnya, Cak Nur tentang militerisme, tentang buku, kiat meraih cita-cita, dan silakan sambung sendiri.

Cara penulisannya dapat meniru cara penyajian profil seseorang pemain sepakbola dalam suatu majalah sepakbola Inggris yang terkenal, di mana penulisannya justru tidak melibatkan wartawan majalah bersangkutan. Tetapi isinya hebat, menarik dan enak dibaca. Majalah ini benar-benar telah sukses mengadopsi budaya Internet untuk media berbasis cetak. Detilnya akan saya beberkan bila gagasan usul-usil ini disetujui.

Himpunan aneka topik pandangan Cak Nur itu memungkinkan diterbitkan menjadi buku, bukan ? Tentu saja, isu-isu atau materi yang sama dapat diolah sehingga serasi bersinergi dengan media Internet/situs webnya (detilnya di bawah ini) untuk diubah lagi sebagai bola-bola salju guna mem-virus-kan sosok Cak Nur !


SITUS WEB KAMPANYE CAK NUR
HARUS DIRANCANG AGAR SESUAI DENGAN PARADIGMA
MEDIA YANG BERBASIS DIGITAL


Apakah Internet efektif sebagai media kampanye ? “It can be”, kata David Lytel, mantan pengelola situs web Gedung Putih dan pengelola situs Democrats Online. Sementara Gus Pace, yang membangun jaringan online untuk 70 pemimpin Partai Republik AS, mengatakan : “Absolutely !” (Selengkapnya silakan baca kolom diskusi pro-kontra “Parties on the Net”, di suplemen Time Digital, 11/11/1996 : hal. 13). Radio BBC baru-baru ini menceritakan seorang senator dan kandidat Presiden AS di Pemilu 2004, telah sukses memanfaatkan Internet untuk menggalang suara grassroot secara signifikan !

David Lytel selanjutnya menyatakan, Internet “can be an extremely effective place for voters to articulate and organize their concerns and share them with one another. Online community organizing is what the Internet makes newly possible. Think of its as electronically enhanced word of mouth, rather than an extension of a campaign’s paid advertising”.

Apakah situs web resmi itu memadai sebagai sarana kampanye ? David Lytel menjawab, “No, and they can never be……People rely as much on journalism and word of mouth to decide how to vote. Citizen-to-citizen communication is most effective at changing people’s minds, and the Internet is good for that”.

Merujuk pendapat para ahli di atas, menurut hemat saya, pelbagai situs web partai di Indonesia, termasuk misalnya situs web Pak Amien Rais (www.m-amienrais.com), saat ini masih sangat jauh dari memenuhi kriteria sebagai media kampanye elektronik berbasis Internet yang andal.

Situs itu masih tampil seadanya sebagai old media, media yang berbasis atom, kertas, hanya saja disajikan secara elektronik. Juga belum mengeksplorasi karakter media Internet yang berbasis digital secara benar. Pengelola situs itu nampak berasumsi bahwa peselancar/pembaca melongoki situsnya hanya untuk membaca info-info seputar Pak Amien Rais belaka. Itu asumsi keliru dan justru menyerimpung kesaktian Internet.

Sebab seperti tutur David Lytel di atas, situs web seharusnya menjadi masyarakat maya, online community, dimana warganya dapat saling curhat atau nge-gosip satu sama lainnya. Komunikasi antarwarga adalah sarana paling efektif untuk mengubah people’s minds, bukan ?

Situs webnya Pak Amien Rais itu, menurut hemat saya, harus menjalani perubahan paradigma. Begawan digital dari MIT, Nicholas Negroponte, pernah bilang bahwa Internet adalah gempa bumi berkekuatan 10,5 skala Richter yang mengguncang perubahan ekonomi. Sebesar itu pula perubahan yang harus dilakukan agar situs bersangkutan mampu menjadi media kampanye yang berhasil.


Sekian dulu kontak saya. Semoga usul-usil ini bermanfaat.
Sukses untuk Cak Nur.


Hormat saya,

Bambang Haryanto
Konsultan Komunikasi.
Penulis buku Hari-Hari Sepakbola Indonesia Mati (kini dalam proses pertimbangan penerbit). Pemenang The Power of Dreams Contest (Honda) 2002. Pemegang Rekor MURI sebagai Pencetus Hari Suporter Nasional 12 Juli. Sekjen Asosiasi Suporter Sepakbola Indonesia (ASSI). Alumnus UI.
E-mail : humorline@hotmail.com dan humorline@plasa.com



HARI 7 : Selasa, 16 September 2003
Sampai hari ini, sejak suratku ke Redaksi Tabloid MAR aku kirimkan (10/9/2003), belum ada tanggapan atau pun balasan.


Catatan :
“Sore, agak fresh, membaca ulang tulisan Roby Muhamad (kandidat doktor Sosiologi dari Columbia University New York) yang ‘Ilmu Jaringan’ (di Kompas, 5/9/2003). Kok proposalku ke Tabloid MAR, melibatkan wacana ini, hanya bisu saja ? Tadi pagi, nulis ide epistoholik untuk PAN, tidak aku teruskan”.

Kemarin di Harian Kompas terpampang foto situasi demonstrasi warga Partai Keadilan Sejahtera (PKS) di Kedubes AS di Jakarta. Yang menarik, salah satu spanduk besarnya tertera alamat situs webnya secara mencolok : www.pks-jaktim.or.id. Warga PKS nampak lebih smart dalam memanfaatkan dan mempromosikan Internet sebagai sarana kampanye partainya.


This page is powered by Blogger. Isn't yours?